SEKOLAH TINGGI KOK JADI IBU RUMAH TANGGA ?
Pernyataan yang menggelitik sekali bukan, seringkali aku sendiri secara pribadi merasa risih dengan kalimat-kalimat sentimen semacam itu, lantas saya berfikir keras, salahnya dimana ibu rumah tangga punya pendidikan tinggi, atau perempuan diluar sana yang punya pendidikan tinggi memilih untuk menjadi Ibu rumah tangga ? salahnya dimana, ? apakah menjadi ibu rumah tangga adalah sesuatu yang memalukan ? sesuatu yang hina ? atau suatu bentuk kriminal ? bukankah bibit unggul penerus generasi bangsa berasal dari keluarga? Bukankah bibit yang unggul berasal dari rahim yang kuat dan cerdas?
Saya tidak mengatakan bahwa seorang ibu yang pendidikan formalnya lebih rendah berarti tidak mampu mendidik anaknya dengan baik, tentu baik buruknya seorang ibu adalah dari kelembutan hatinya, naluri seorang ibu tak akan sampai hati memberikan pendidikan yang cuma-cuma untuk buah hatinya. Jika ada perempuan yang berjuang mengenyam pendidikan tinggi kemudian menjadi ibu rumah tangga, justru mereka adalah perempuan cerdas, ia mampu menurunkan egonya dari karir duniawinya, dan memilih berjuang untuk menjadi madrasah yang baik untuk anak-anaknya.
Jangan mengecilkan ibu-ibu yang telah rela meninggalkan dunia publiknya untuk mendidik anaknya dirumah. Kita tidak akan pernah tau sejauh mana mereka memilih dan mempertimbangkan semua keadaan hidupnya, karena mereka yang lebih tau kondisi rumah tangganya masing-masing. Ada seorang perempuan yang memilih menjadi ibu sekaligus wanita karir, ada juga dia yang menjadi ibu dengan status hanya menjadi ibu rumah tangga, kita tidak berhak menghakimi pilihan orang lain.
Satu hal yang perlu kita rubah pola pikir adalah, setiap keputusan yang dipilih orang lain, tentu sudah mengalami berbagai problema, dan berbagai pertimbangan. Semua ibu tentu meginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang baik, tumbuh kembang dengan karkter yang baik untuk bekalnya dimasa depan.
Tentu diberikan amanah anak oleh Allah, merupaka anugrah yang luar biasa. Bahkan ada yang rela melakukan program dengan biaya yang tidak murah lagi. Jadi wajar bila seorang ibu yang dikaruniakan seorang anak, berusaha sebaik mungkin untuk menemani tumbuh kembang anaknya, termasuk membantu proses tumbuh kembang kwalitas pendidikan anaknya.
Jadi, biarkan mereka menjadi ibu sesuai dengan kapasitas kemampuannya, biarkan mereka memilih cara untuk mendidik anaknya. Kita tak perlu ambil peran dengan persoalan yang bukan menjadi hak dan tanggung jawab kita.
238_AMALIAUTAMI @IG : amalia22._
Tulisan keduapuluh Nulisyuk Batch 57
Selasa, 06 Oktober 2020
Komentar
Posting Komentar