BUKAN SEBERAPA LAMA, TAPI SEBERAPA JELAS MAU DIARAHKAN KEMANA
BUKAN
SEBERAPA LAMA,
TAPI
SEBERAPA JELAS MAU KEMANA
Tepatnya di 16 Desember 2021, (diperantarai kawan kami) ditanggal
itu semua berawal. Dan kamu berusaha menyamakan persepsi denganku, saling
bertanya seperlunya, semua hal yang kita butuhkan untuk kehidupan pernikahan
dan masa depan. Saya sepenuhnya sadar, bahwa ikhtiar ini tidak bisa sepenuhnya
berhasil. Setelah sebelumnya pernah merasa sulit berharap dan percaya kepada seseorang. Ada benturan yang begitu
kuat saat itu, saya sepenuhnya disadarkan oleh Tuhan, bahwa semesta bekerja
bukan atas mauku sendiri, aku mungkin bisa berencana menikah dengan siapapun,
tapi aku tidak bisa membuka tabir Tuhan, atas takdir yang Dia rencanakan.
Kita bisa berencana menikah
dengan siapapun, tapi kita tidak bisa merusak rencana Tuhan. Sekuat apapun kamu berusaha untuk melawan arus,
kamu akan tetap berbelok dan ikut dalam alur yang sudah dibuat Tuhan. Termasuk
dari pencapaian dan kegagalan yang pernah kau alami, itu adalah bagian dari
tanda, Tuhan sedang membawamu kepada
Alur yang sudah Tuhan renacanakan. Apapun itu saya bersyukur. Kadang kita
lumayan susah menebak takdir Tuhan, tapi takdir Tuhan tidak begitu jauh meleset
dari usaha-usaha kecil kita.
Segala persepsi masing-masing sudah kita utarakan semuanya, dengan
penuh kebimbangan, saya mencoba mengambil langkah selanjutnya, (sembari menata
niat kembali, karena jika satu pijakan saja saya salah mengambil keputusan, maka
saya akan menyesal selama menjalaninya), lagi –lagi ini bukan perkara
main-main.
Sambil menenangkan hati (saya bilang, saya berusaha ikhtiar dengan
baik Tuhan, maka restui Yaa...)
Waktu itu Tuhan masih menguji, tidak sepenuhnya keadaan membaik dan
membukakan jalan dengan lebar. Setelah beberapa ikhtiar, bertemu diperantarai
kawan (1 Januari 2021), menggali informasi kepada karib kerabatnya, diskusi dengan keluarga yang sempat terhalang
karena jarak yang teramat jauh, (saya
masih yakin, saya bukan sedang meminta perihal yang jelek, tapi saya sedang
berusaha menyempurnakan separuh agama, mustahil Allah akan memberi sulit yang
teramat sangat).
Seluruh prosesi kurang lebih 6 bulan kami jalani, mungkin bagi
sebagian orang itu adalah waktu yang teramat cepat. Tapi bagi kami itu bukan
waktu yang sebentar, karena kami berusaha mendalami karakter masing-masing,
disertai dengan doa paling pasrah kami kepada Allah. (Atur saja bagaimana
baikanya Ya Allah, saya manut ) kkwkwkwk
Menurut saya pribadi, untuk mengenali karakter seseorang, tidak bisa sepenuhnya diukur dari seberapa
lama kita berkawan. Tapi seberapa kuat usaha kita untuk mau mendalami karakter
orang tersebut, dan tentu seberapa “jelas” rencana dia untuk ngajak nikah.
kkwkwkw
Dalam tempo waktu 2 bulan, kami semua sepakat dan izin sudah
terkantongi, dia bersama keluarganya ditanggal 29 Maret 2021, memenuhi setengah
janjinya untuk berkomitmen (khitbah), dan ditanggal 29 Juni 2021, adalah
kesepakatan bersama untuk melangsungkan akad pernikahan.
Kami mengambil bulan Dzulqo’da dan bertepatan dengan bulan selo
diperhitungan kalender jawa, sedikitpun tidak ada percampuran pikiran negatif
saat menentukan tanggal, (padahal bulan selo, adalah bulan yang dianggap kurang
baik untuk mengadakan hajatan bagi hitungan kalender jawaj dan kami tau itu),
tapi kemudian kami lebih yakin, niat baik kami lebih kuat dari hitungan dan
tradisi luhur yang telah membudaya. Dan kami tetap melaksanakan acara ditanggal
dan bulan tesebut.
Masih disituasi yang sama, kami melaksanakan akad pernikahan
ditengah pandemi, ada berbagai kendala yang sempat muncul, sampai akhirnya kita
menggagalkan acara walimatul ursy, dan kami cancel hampir separuh tamu
undangan, karena ada pihak yang mendesak agar acara kami tidak dilanjutkan.
Kami sempat, hening, padahal dibulan-bulan sebelum itu situasi
masih kondusif untuk melangsungkan acara. Namun Takdir Tuhan lebih kuat, dan
kami bersyukur ada waktu dan diberi izin untuk tetap melangsungkan acara akad
nikah.
Lagi-lagi rasanya saya diberi tamparan keras, bahwa yang terpenting
dari acara dan prosesi pernikahan adalah Mitsaqon Gholidzon, saat dimana
perjanjian yang agung itu diucapkan oleh seorang pria, sambil memegang kuat tangan
ayah dari seorang perempuan. Mengambil alih sepenuhnya tanggung jawab dunia dan
akhiratnya seorang perempuan dari tangan ayahnya, yang telah bersusah payah dia
besarkan dengan penuh kasih sayang.
Waktu itu tidak ada sedikitpun niat lain, selain berusaha untuk memilih
jalan terbaik, dan mengurangi mudhorot sekecil apapun. Kami berdua
berusaha memperbaiaki niat, berusaha memulai ibadah terlama ini dengan cara yang baik, dan Allah merestui, 29 Juni 2021 akad telah berlangsung, dan kita
masih terus berta’aruf sampai sekarang.
Terimakasih kepada orang tua kami, yang telah merestui niat baik
kami berdua, kawan yang sudah memperantarai, dan keluarga keduapihak yang telah
bersusah payah membantu dan memeriahkan acara sakral kami berdua, tanpa doa
restu kalian semua mustahil acara akan
bisa terlaksana dengan khidmat.
BWI, 29 JUNI 2021
AMALIA & HADIID
Komentar
Posting Komentar