MENIKAH, BUKAN PERKARA “KAMU MAU DAN SAYA MAU ”



Menikah memang pembahasan yang selalu membuat orang antusias untuk kebanyakan orang, karena bisa dibilang menikah itu kita memilih pelengkap separuh jiwa kita, kalau dalam agama istilahnya, menikah adalah menyempurnakan separuh agama, seperti sabda Rasulullah SAW, “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya” (HR.Baihaqi). Dalam Hadis tersebut menjelaskan bahwa keutamaan dari menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agama dan kita diperintah untuk menjaga diri dari separuhnya lagi. 

Lantas kenapa kira-kira sebab dikatakan menikah merupakan penyempurna agama kita? Dikatan oleh para ulama, bahwa yang umumnya merusak agama seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Kemaluan yang bisa mengantarkan manusia kepada lubang perzinaan,  sedangkan perut merupakan filosofi dari sifat serakahnya manusia, dengan menikah, artinya kita berusaha mencari benteng untuk diri kita sendiri agar tidak terjerumus pada perbuatan zina, dengan kemaluan. Artinya dengan menikah, seseorang telah terjaga agamanya. 

Namun, menikah juga tidak hanya perkara saya mau dengan kamu, dan kamu mau dengan saya, lalu kemudian berangkat untuk menikah. Saya kira tidak sesimpel itu, memang Allah memerintahkan kita untuk tidak mempersulit sebuah amalan ibadah, namun setidaknya perencanaan yang matang untuk menjalankan ibadah seumur hidup itu akan jauh lebih baik bukan ?

Karena, jika dikatakan menikah adalah menyempurnakan separuh agama, itu artinya kita  harus mencari pasangan yang mampu membantu kita untuk saling menyempurnakan kualitas agama kita masing-masing. Mencari pasangan hidup yang senantiasa bisa mengingatkan dalam kebaikan, membawa energi positif, membantu kita untuk lebih dekat dengan Allah. 

Mau menghargai  dan melengkapi kekurangan masing-masing. Bahkan menikah tidak hanya perkara saya dan kamu, tetapi juga tentang keluarga saya dan tentang keluarga kamu, artinya pertemuan dan terjalinnya hubungan baik itu harus sampai pada tataran keluarga masing-masing. Mengenal latar belakang keluarga masing-masing, apakah dari keluarga yang baik atau tidak, perkara kaya, miskin, cantik, ganteng, itu semua hanya bonus, itu semua hanya perkara dunia yang tidak bisa menjamin kebahagiaan seutuhnya, kita butuh pasangan yang mambu membawa ketenangan hati. 

Ketenangan hati akan membuat kita lebih nyaman dalam menjalani kehidupan, menjalankan ibadah, dan terus melakukan amal kebaikan, sampai pada tataran keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah.  

Seperti sabda Rasulullah SAW, “Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat (HR.Bukhari Muslim)

Masyallah, hadis tersebut menurut Imam Nawawi mengabarkan tentang kebiasaan orang-orang yang memilih pasangan hidup dengan memprioritaskan urusan duniawinya, yaitu hartanya, nasabnya, kecantikannya  dan agama diletakkan pada urutan terakhir. Hadis tersebut bukan berarti Rasulullah menyuruh kita untuk menjadikan harta sebagai kriteria pertamanya, namun justru agamanya yang harus menjadi pertimbangan paling utama, karena dengan agamanya kita akan selamat dunia dan juga akhirat. 

Jadi urusan menikah memang memang perkara ibadaha, kita tidak dianjurkan untuk mempersuitnya, namun kita juga tidak dianjurkan untuk terlalu buru-buru hingga mengabaikan kriteria pasangan yang baik menurut Rasulullah SAW. Jika kita sudah siap lahir, batin dan secara keilmuan, silahkan untuk menikah, namun jika belum, maka kita diperintah untuk memperbaiki diri, menambah kualitas ibadah, kapasitas keilmuan, dan perbanyak puasa untuk mengendalikan hawa nafsu yang menggelora. Wallahu a’lam Bishawab


 238_AMALIAUTAMI  @IG : amalia22._

Tulisan keenambelas Nulisyuk Batch 57

Jumat, 02  Oktober 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM PERNIKAHAN LINTAS AGAMA

Makna Hadis tentang "Setiap Anak Terlahir Dalam Keadaan Fitrah"

BERBAGI PERAN