MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN (PAKEM )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran
merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab
dengan pembelajaran manusia dapat memberdayakan semua potensi dirinya secara
optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka
memberdayakan potensi diri menjadi multiple
kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam
strategi dan proses pembelajaran yang berkesinambungan dan efektif.
Berlangsungnya
proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya
pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang
cinta lingkungan.
Berdasarkan
teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi berwarna.
Sikap verbalisme peserta didik terhadap penguassaan konsep dapat diminimalkan
dan pemahaman peserta didik akan membekas dalam ingatannya.Buah dari proses
pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkugan. Manfaat
keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari
pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas
kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan (kontektual
learning).
Model
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan
pembelajaran yang baru, melainkan sudah
dikenal dan popular, hanya sering terlupakan. Adapun yang dimaksud
dengan pendekatan lingkungan adalah uatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan ebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal
tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk
menanmkan ( Karli dan Yulianingsih, 2002).
Pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal
ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11
tahun) berada pada tahap operasional
konkret (Piaget, dalam Wilis: 154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y (2002)
bahwa kecenderungan peserta didik sekolah dasar yang senang bermain dan
bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat ekplorasi dan
penyelidikan lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas.
Konsep-konsep
sains dan lingkungan dan lingkungan sekitar peserta didik dapat dengan mudah
dikuasai peserta didik melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak
positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu peserta didik dapat
terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya.
Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (belajar untuk
mengerjakan sesuatu) dan learning to life
together (belajar untul bekrja sama) dapat dilakukan melalui pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
konsep dasar model dan strategi pembelajaran PAKEM ?
2.
Mengapa menggunakan model dan strategi pembelajaran PAKEM ?
3.
Bagaimanakah
model dan strategi pembelajaran PAKEM serta aplikasinya
?
4.
Bagaimana
cara pengembangan pembelajaran PAKEM ?
5.
Bagiamana
penerapan/ implementasi dari model pembelajaran PAKEM ?
6.
Apa saja model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM?
7.
Apakah kelebihan dan kelemahan menggunakan model dan strategi
pembelajran PAKEM ?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui konsep dasar model dan strategi pembelajaran PAKEM.
2.
Untuk mengetahui alasan menggunakan model dan strategi
pembelajaran PAKEM.
3.
Untuk mengetahui model dan strategi
pembelajaran PAKEM serta aplikasinya.
4.
Untuk
mengetahui pengembangan model dan strategi pembelajaran PAKEM.
5.
Untuk
mengetahui implementasi penerapan dari model pembelajaran PAKEM.
6.
Untuk mengetahui apa saja model-model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran PAKEM
7.
Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan menggunakan model dan
strategi pembelajaran PAKEM.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Pembelajaran PAKEM
1.
Dasar
Pemikiran
Peserta
didik boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara
lokal. Artinya setiap orang/ peserta didik perlu belajar apapun, bahkan mencari
hikmah dari berbagai macam pengalaman bangsa-bangsa lain diseluruh dunia, namun
pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bansa lain tersebut dijadikan sebagai
pembelajaran dalam tindakan di lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja
seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and error yang
berkepanjangan, melainkan kita belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain,
sementara kita sekedar meneruskan kerja dari paradigma yang benar.[1]
Bekerja
dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi
si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah belajar
ilmu sosial atau ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi sekitar dapat
menjadi laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan sembari melakukan
pemberdayaan (empowering) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat, sementara si pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran dengan
lebih baik dan efisien. Mohammad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh adalah
orang yang banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan ekonomi.
Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan masyarakat
sekitar.
Pembelajaran dilandasi
strategi yang berprinsip pada:
1)
Berpusat
pada peserta didik,
2)
Mengembangkan
kreatifitas peserta didik,
3)
Suasana
yang menarik, menyenangkan, dan bermakna,
4) Prinsip pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM),
5) Mengembangkan beragam kemampuan yang
bermuatan nilai dan makna,
6)
Belajar
melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat,
7)
Menekankan
pada penggalian, penemuan, dan penciptaan,
8)
Pembelajaran
dalm situasi nyata dan konteks sebenarnya,
2.
Konsep
PAKEM
PAKEM
kepanjangan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari
kepanjangannya PAKEM mempunyai empat ciri-ciri pembelajaran, yaitu: Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.[3]
a.
Aktif
Ciri
aktif dalam PAKEM berarti dalam pembelajaran memungkinkan peserta didik
berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi objek-objek yang ada
didalamnya serta mengamati pengaruhnya dari manipulasi yang sudah dilakukan.
Guru terlibat secara aktif dalam merancang, melakukan. Guru terlibat secara
aktif dalam merancang, melakuakan maupun mengevaluasi proses pembelajarannya. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang
mendukung (kondusif) sehingga peserta
didik aktif bertanya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
merupakan faktor penting, kegiatan aktif ini seharusnya tidaklah hanya
berupa keterlibatan secara fisik belaka, tetapi hal yang lebih utama adalah
keterlibatan mental atau intelektual, khususnya keterlibatan intelektual-emosional.
Keterlibatan intelektual memberi peluang terjadinya asimilasi atau akomodasi
kognitif terhadap pengetahuan baru, serta terbentuknya meta-kognisi (kesadaran
dan kemampun untuk mengendalikan proses kognitifnya itu)[4]
b. Kreativ
Merupakan ciri ke 2
dari PAKEM yang artinya pembelajaran yang membangun kreativitas peserta didik
dalam berinteraksi dengan lingkungan , bahan ajar serta sesama peserta didik
terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajarannya. Gurupun dituntut
untuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran .Gurupun diharapkan
mampu menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik.
Pembelajara kratif menuntut guru untuk merangsang kretivitas
siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu
tindakan . Berpikir kreatif selalu
dimulai dengan berpikir kritis , yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.
Berpikir kritis harus dikembangkan dalam
proses pembelajaran agar siswa terbiasa mengambangkan kreativitasnya . Pada
umumnya berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut [5]
:
a. Tahap pertama : persiapan proses pengumpulan informasi untuk diuji
b. Tahap Kedua :
inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi
tersebut sampaidiperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
c. Tahap ketiga :
Iluminasi , yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis
tersebut benar, tepat, dan rasional .
d. Tahap Keempat : Verifikasi , yaitu pengujian kembali hipotesis untuk
dijadikan sebuah rekomendasi , konsep, atau teori
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kratif
dengan mewujudkan dalam bentuk sebuah hasil karya baru [6]
c. Efektif
Ciri ketiga
pembelajaran PAKEM adalah efektif .maksudnya pembelajaran yang aktif , kreatif,
dan menyengkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran , yang pada akhirnya
dapa meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran
efektif perlu didukung oleh suuasana dan lingkungan belajar yang memadai
/kondusif .Oleh karena itu , guru harus
mampu mengelola siswa , mengelola kegiatan pembeljaran , mengelola isi / materi
pembelajaran dan mengelola sumber – sumber belajar.
Untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif , guru harus memerhatikan beberapa hal :
a) Pengelolaan tempat belajar
b) Pengelolaan siswa
c) Pengelolaan kegiatan pembelajaran
d) Pengeolaan media dan sumber belajar
d. Menyenangkan
Menyenangkan
merupakan ciri keempat dari PAKEM dengan maksud pembelajaran dirancang untuk
menciptakan suasana yang menyangkan . Menyenangkan berarti tidak membelenggu ,
sehingga peserta didik memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran ,
dengan demikia waktu untuk untuk mencurahkan perhatian (time of task)
peserta didik menjadi tinggi . Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat
meningkatkan hasil belajarnya.[7]
1. Fasilitor
Pembelajaran yang Menyenangkan
a) Guru Kreatif
dan Inovatif
Dalam
rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, beberapa hal yang harus
dilakukan oleh guru antara lain :
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan
mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka
proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan. Oleh karena itu selalu
awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada siswa,
misalnya “anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian adalah anak-anak
bapak atau/ibu yang hebat”. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah
memantulkan energy positif yang dapat mempegaruhi semangat para siswa. Kita
dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai pembelajaran dengan raut muka
ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas menjadi
menegangkan dan menakutkan.
(2)Menciptakan
suasana rileks Ciptakanlah lingkungan yang releks,
Yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu
aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai keinginan siswa. Bisa memakai
format U, lingkaran, Cevron, dan lain-lain.Selain itu, ciptakanlah suasana
kelas dimana siswa tidak takut melakukan kesalahan. Untuk menanamkan keberanian
kepada siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan, katakana
kepada siswa jika jawabannya salah katakan“KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang
belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan tidak berdosa.
Kemudian Menantang peserta didik
untuk dapat berpikir jauh kedepan dan mengespresikan apa yang sedang dipelajari
dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.[8]
(3)Memotivasi
siswa
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori
pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian,
kecemasan,dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri individu untuk
belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja
karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang
menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan
belajar.
Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah motivasi
yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias. Apabila dalam diri peserta
didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan
belajar akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses
pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil lebih besar dibanding mereka yang
mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-asalan.Kebanyakan
pendidik mengajar hanya untuk mengejar target tanpa memperdulikan pemahaman
peserta didik. Padahal belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang
memerlukan adanya motivasi untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi yang
didapat siswa maka semakin tinggi pula keberhasilan yang akan dicapai.Banyak
cara dalam memberikan motivasi kepada siswa antara lain dengan membuat yel-yel
berupa kata-kata afirmasi seperti dialog dibawah ini :
Guru : Apa Kabar ?
Siswa :Kabar baik !
Guru : Apakah kalian suka belajar ?
Siswa : ya kami suka !
Guru : seberapa suka ?
Siswa : sangat suka !
Guru : untuk apa kalian belajar ?
Siswa : agar pintar !
Guru : seberapa pintar ?
Siswa : sangat pintar !
Guru dapat membuat kata-kata afirmasi sendiri yang disesuaikan
dengan harapan yang dinginkan dari kata-kata tersebut. Misalnya guru ingin agar
siswa memperlakukan guru dengan hormat dapat membiasakan kalimat ini bagi siswa
:
Guru : apakah kalian murid yang baik ?
Siswa : ya kami murid yang baik !
Guru : bagaimana kalian memperlakukan guru ?
Siswa : dengan hormat
Guru : seberapa hormat ?
Siswa : sangat hormat !
Kata-kata
afirmasi tersebut dapat digunakan pada awal pemebelajaran, pertengahan, dan
penutupan. Dan digunakan secara berulang-ulang sehingga kata-kata tersebut
menghujam ke hatinya sehingga melahirkan sikap yang positif sesuai dengan
kata-kata afirmasi itu sendiri.
Dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang
kurang mendukung hingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran.
Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran saat
itu menjadi kurang nyaman.Ice breaking berguna untuk menaikkan kembali derajat
perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh guru
karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat
berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu
konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (focus).
Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan
bahwa siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking
agar siswa menjadi segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa
yel-yel, tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan
games.
(5)
Menggunakan metode yang variatif
Individu adalah makhluk yang unik memiliki kecenderungan,
kecerdasan, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar
siswa seperti yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory, Visual, Reading
dan Kinesthetic.Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua siswa
belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat menggunakan
metode yang bervariasi.
Untuk mendukung hal tersebut beberapa metodepraktis[9] yang dapat diterapkan antara lain:
a)
Every one is a teacher here
Dalam
metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa menuliskan sebuah pertanyaan
pada selembar kertas tentang materi pokok yang telah atau sedang dipelajari.
Pertanyaan tersebut dikumpulkan dan diacak kemudian dibagikan kembali kepada
siswa. Diupayakan kertas yangdikembalikan tersebut tidak kembali kepada yang
membuat pertanyaan semula. Kemudian siswa diminta untuk membacakan pertanyaan
yang ada padanya dan menjawabnya sesuai dengan kemampuannya selanjutnya
diberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menambahkan jawabannya.
b)
The Power of two and four
Guru
menetapkan satu masalah atau pertanyaan terkait dengan materi yang telah atau
sedang dipelejari. Setiap siswa diminta memikirkan jawabannya masing-masing kemudian mencari pasangan untuk mendiskusikannya. Setelah berdiskusi
dengan pasangannya masing-masing, siswa diminta untuk membuat kelompok dimana
masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali
mendiskusikan persoalan yang sama.
c)
Card sort
Dalam
metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok yang telah atau
sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk (topic utama) dan kartu
rincian. Seluruh kartu diacak kemudian dibagikan kepada setiap siswa.
Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari kartu induknya. Setelah ketemu
kartu induknya, siswa secara otomatis akan membuat kelompok sesuai dengan topic
atau kartu induknya dan menyusun rincian sesuai dengan urutannya masing-masing.
Guru kemudian mengecek apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau salah
dalam mengurutkan rinciannya.
d)
Reading aloud
Guru
memilih sebuah teks yang menarik sesuai dengan topic pembelajaran yang dibagi
dalam potongan-potongan kertas untuk dibaca dengan keras oleh siswa secara
bergantian. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di
beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru memunculkan
beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat
diskusi-diskusi singkat jika para siswa menunjukan minat dalam bagian.
b) Menciptakan
Lingkungan Kelas yang Menarik
Suasana belajar
adalah faktor penentu keberhasilan mencapai sasaran belajar. Prinsip belajar
orang dewasa dan anak-anak pada hakekatnya sama yaitu melalui penjelajahan
(eksplorasi) dan suasana hati gembira (fun). Seorang guru idealnya kreatif
mendesain lingkungan belajar agar tercipta suasana yang menyenangkan atau dalam
istilah Gordon Dryden disebut orkestrasi lingkungan belajar. Hal – hal yang perlu disiapkan :
Pertama, desainlah ruang kelas yang dengan hal-hal yang membuat suasana
hati ceria. Misalnya menambah gambar-gambar di dinding kelas sesuai tema
pelajaran, bunga, ruangan yang bersih, aneka hiasan warna-warni dan tata letak
meja dan kursi dan pencahayaan ruangan yang memadahi. Mengapa ini penting?
Sebab penyerapan informasi dari proses belajar banyak berlangsung dalam pikiran
bawah sadar. Siswa menyerap materi pelajaran tanpa memikirkannya secara sadar.
Oleh karenanya pikiran bawah sadar harus dirangsang sedemikian rupa agar
responsif.
Kedua, Bila perlu ciptakan suasana kelas yang mirip pesta, ada balon,
lampion, dan hiasan-hiasan dinding.
Ketiga, siapkan musik pengiring ketika presentasi atau ketika siswa
mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya telah direncanakan. Akan lebih baik
jika memakai musik klasik yang direkomendasikan oleh Dr Lazanov. (Mozart,
vivaldi, Bethoven).
Keempat, seluruh atmosfer kelas harus benar-benar bersahabat, tidak ada
tekanan, apalagi ancaman.
Stocwell
(seorang pelatih pendidikan terkemuka di Eropa) menjelaskan bahwa poster
berwarna di dinding yang didesain dengan baik sangatlah penting karena
merangsang periferal otak. Kehadirannya yang konstan di ruang kelas
menyampaikan isinya di memori otak walaupun tidak disadari oleh anak. Stocwell
juga menjelaskan tentang psikologi warna. Merah adalah warna peringatan, biru
melambangkan kesejukan, kuning warna kecerdasan, hijau dan coklat mempunyai
efek menentramkan, hangat dan ramah. Poster yang baik dapat membuat kesan di
memori jangka panjang, menciptakan gambaran memori yang dapat dipanggil kembali
jika dibutuhkan, walaupun tidak pernah dipelajari secara sadar. [10]
Ada
sebagian penulis yang menyebutnya dengan istilah PAIKEM (Pembelajaran yang
Aktiv, Inovatif, Kreatif , dan Menyenagkan ) sehingga ada tambahan inovatif .
Pembelajaran Inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan
.Learning is Fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran
inovatif . Jika peserta didik sudah menamkan hal ini di pikirannya tidak akan
ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggang waktu
tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Selain itu pembelajaran inovatif juga
mampu mengembangkan kemampuan peserta didik untuk melahirkan pemikiran atau
ide-ide sendiri yang biasanya dapat muncul dari situasi pembelajaran kondusif
yang bebas dari perasaan tertekan takut atau cemas.
Adapun
ciri-ciri pembelajaran inovatif adalah :
1)
Adanya
keberanian peserta didik dalam mengajukan pendapatnya.
2)
Adanya
kebebasan mengemukakan pendapat atau memberikan tanggapan terhadap pendapat
orang lain.
3)
Kesediaan
peserta didik untuk menerima pandangan orang lain dan memberikan pendapat atu
komentar terhadap gagasan orang lain.[11]
Membangun
metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap
ilmu masing-masing orang.Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan
dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan
penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal
tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan
otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya
membangun rasa percaya diri siswa peserta didik. [12]
Dari uraian singkat diatas Pembelajaran
Aktiv, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM) adalah bagaimana kreativitas dan
inovasi guru dalam menciptakan suasana kelas agar peserta didik belajar , yang
pada dasarnya belajar adalah memproduksi gagasan atau membangun makna baru dari
pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik . peserta didik sebagai
subjek tidak mengkonsumsi gagasan tetapi memproduksi gagasan dalam proses
pembelajaran yang difasilitasi oleh guru.
Guru
sebagai fasilitator hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang diantaranya dapat menggunakan
model pembelajara menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian
terbukti meningkatkan hasil belajar. keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
B.
Alasan Menggunakan Model Dan Strategi Pembelajaran PAKEM
Alasan
penerapan PAKEM, sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa pendekatan PAKEM
diterapkan di Indonesia, yakni:
1. PAKEM lebih memungkinkan peserta didik
dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita mengenal
pembelajaran model konvensional yang dinilai hanya guru yang aktif (monologis),
sementara peserta didiknya pasif, sehingga pembelajarannya dinilai membosankan,
kurang menarik, dan tidak menyenangkan.
2. PAKEM lebih memungkinkan kreatif, baik
peserta didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif, mencoba
berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran. Sementara
peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi dengan sesama
teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat bantunya sehingga pada
akhirnya hasil pembelajaran dapat meningkat.
C.
Strategi
Pembelajaran PAKEM dan Aplikasinya
1.
Strategi Pembelajaran
Ditemukan
di banyak Negara, pendidikan dasar terlalu berorientasi pada pendidikan
akademik formal, sejak anak masuk di TK hingga tahun-tahun pertama masuk SD.
Anak-anak tidak diberi kesempatan untuk belajar dengan menyenangkan dan kaya
pengalaman yang mendasari pertumbuhan yang sebenarnya. Keasyikan belajar pun
menjadi hilang. Mereka belajar untuk tidak belajar. Untngnya, banyak contoh
lain terbukti mencapai prestasi yang menggembirakan ketika akal sehat (common scense) dipadukan dengan riset
yang baik serta kepala sekolah dan guru yang berdedikasi dan ketika sekolah
diprogram untuk mencapai keberhasilan, bukan kegagalan.
Sekarang
telah tumbuh berbagai jenis sekolah yang banyak memberikan beragam alternative
pendekatan belajar, memberikan pelajaran secara menyenangkan dan kaya akan
aktifitas dari TK ke SD. Sekolah-sekolah model tersebut telah dirintis pada
awal-awal perkembangannya seperti Sekolah The
Classical Academy, dibentuk oleh Maxin Learning Institute di St. Louis
Park, di Minnesota AS. Sekelompok kecil guru dan murid berkumpul pada 1991 dan
menganalisis beberapa metode pengajaran terbaik didunia. Mereka mengembangkan
suatu program pendidikan yang diberi nama Program
Maxin’s “Best of The Integrated Learning System” (system Pembelajaran
Terpadu Terbaik Maxin). Empat pendiri utama sekolah ini, yaitu: Nancy Terry,
Nora Flood, Janet Olivr, dan Amira Sewell telah banyak mengikuti pelatihan
Montessori secara ekstensif. Disamping itu mereka banyak menggunakan
model-model pembelajaran yang mereka dapatkan dari berbagai bahan, lokarya dan
pelatihan-pelatihan. Pada 1994 akademi tersebut telah berkembang unuk
membimbing para peserta didik dari TK hingga tingkat SMP.
Demikian
juga pendidikan kreatif dan menyenangkan telah dikembangkan pula oleh The
Clasical Academy yang menggunakan The
Writing Way to Reading karya Romaldo Spalding sebuah program fonik terpadu
yang dihubungkan dengan dengan banyak metode Doman (seperti dilakukan
Montessori International), program Matematika Jepang, Kumon; Metode Latihan
Otak karya Paul Dennison, program Marva Collins Classical Literature. Sebuah
program multimedia yang menghubungkan sejarah dan seni dan sejumlah metode
blajar cepat yang dapat memberikan stimulasi. Demikian pula The Upper School
diadakan oleh Iowa Test of Basic Skills (Ujian Kemampuan Dasar Iowa) bagi
seluruh peserta yang dirintis sejak 1993. Dari program ini ditemukan bahwa
rata-rata pelajar mengalami peningkatan kemampuan diri sebesar 1,6 tahun dalam
jangka enam bulan. Bahkan, beberapa pelajar meraih empat dan lima tahun
peningkatan kemampuan di berbagai bidang akademik.[13]
Hidup
sesungguhnya menyenangkan. Dalam menapaki kehidupan kita saat ini, kita memang
masih kerap menjumpai hal-hal yang tidak menyenangkan. Tawuran antar pelajar,
tabrakan kereta api, konflik antar elit politik, konfllik antar etnis, SDM yang
masih rendah adalh sebagian kecil dari hal-hal yang tidak menyenangkan itu.
Namun, hal-hal yang tidak menyenangkan itu dapat kita hadapi. Apabila kita
memang harus bersentuhan dengannya, dengan diri kita yang sduah kita posisikan
untuk berada dalam keadaan yang menyenangkan (fun). Gordon Dryen dan Dr. Jeanette Vos dalam bukunya Learning Revolution menunjukkan kepada kita
cara memposisikan diri kita agar dapat berada dalam kkeadaan yang fun.
Dalam
Al Qur’an sendiri digambarkan bahwa hidup ini sebenarnya sebuah permainan dan
senda gurau, artinya janganlah menghadap sesuatu masalah dalam hidup ini dengan
ketegangan urat saraf, stress, ketergesa-tegasaan, tekanan mental seperti
menghadapi hidup dan mati. Karena hakekat hidup adalah sebuah permainan
sandiwara, artinya semua orang punya peran sendiri-sendiri, punya kesempatan
sendiri-sendiri kapan harus tampil didepan panggung dan kapan harus masuk
ruangan belakang atau dalam pementasan wayang kapan wayang harus berada diatas
layar dan kapan harus sembunyi dikotak, semua punya scenario sendiri-sendiri
sesuai lakon yang dipilih Ki Dalang.[14]
Penjelasan
Al Qur’an yang mengilustrasikan bahwa kehidupan didunia ini, laksana permainan
dan senda gurau terdapat dalm beberapa ayat berikut:
$tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# wÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ×öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)Gt 3 xsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÌËÈ
“
dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[15].
dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?”.( QS. Al An’am {6} :32)[16]
(#þqßJn=ôã$#
$yJ¯Rr&
äo4quysø9$#
$u÷R9$#
Ò=Ïès9
×qølm;ur
×puZÎur
7äz$xÿs?ur
öNä3oY÷t/
ÖèO%s3s?ur
Îû
ÉAºuqøBF{$#
Ï»s9÷rF{$#ur
( È@sVyJx.
B]øxî
|=yfôãr&
u$¤ÿä3ø9$#
¼çmè?$t7tR
§NèO
ßkÍku
çm1utIsù
#vxÿóÁãB
§NèO
ãbqä3t
$VJ»sÜãm
( Îûur
ÍotÅzFy$#
Ò>#xtã
ÓÏx©
×otÏÿøótBur
z`ÏiB
«!$#
×bºuqôÊÍur
4 $tBur
äo4quysø9$#
!$u÷R$!$#
wÎ)
፯tFtB
Írãäóø9$#
ÇËÉÈ
“ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”
( QS. Al Hadid {57}:20)[17]
Walaupun
hidup ini laksana permainan namun al–qur’an juga memberikan “ warning ” atau
peringatan bahwa dalam melakukan permainan hidup kita tidak boleh main-main,
harus dihadapi dengan kesungguhan, perjuangan, kesabaran, istiqamah, daya tahn,
keberanian, kejujuran, dan berbagai karakter terpuji lainnya agr kita mampu
mencetak “goal“ berupa tercapainya cita-cita hidup. Pesan seperti ini
sebagaimana firman Allah SWT berikut:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#rçÉ9ô¹$# (#rãÎ/$|¹ur (#qäÜÎ/#uur (#qà)¨?$#ur ©!$# öNä3ª=yès9 cqßsÎ=øÿè? ÇËÉÉÈ
“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS.Ali Imran
{3} : 200).
Kesungguhan
dalam menghadapi kehidupan yang pada hakikatnya sebuah permainan dan senda
gurau tersebut takubahnya laksan para pemain sepak bola, walaupun semua orang
mengetahuai bahwa sepak bola itu hanyalah permainan, namun sewaktu bermain
ditengah lapangan tidak boleh main-main agar mampu mencetak goal. Kalau ada
pemain sepak bola yang hanya main-main
ditengah lapangan maka dia pasti dikeluarkan dan dianggap bukan pemain yang
sejati dan profesional. Demikian para pemain sandiwara maupun aktor sinetron/
film, tentunya sewaktu tampil dipanggung maupun depan kamera harus melakukan
perannya dengan sungguh-sungguh serta didukung dengan penghayatan pelaku secara
majsimal agar disebut sebagai pemain sandiwara atau aktor/aktris sinetron? film yang
profesional, walaupun pada hakikatnya semua orang tahu bahwa sandiwara dan
sinetron/ film hanyalah permainan belaka.[18]
Dalam
dunia pendidikan pun tampaknya para guru, ustadz, kyai maupun siapapun yang bergerak dalam dunia
pendidikan harus menciptakan suasana kegiatan belajra mengajar yang
menyenangkan. Makna kesenangan disini adalah bagaimana dalam kegiatan
pendidikan tidak ada tekanan–tekanan mental dan fisik baik pada diri pendidik
maupun peserta didik sehingga melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam
kondisi fun, pikiran jernih, tidak tegang serta terciptanya suasana yang
mendorong tumbuh berkembangnya fisik, mental serta berbagi kecerdasan peserta
didik.
Namun
demikian pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan dengan kesungguhan,
keseriusan, kedisiplinan, kejujuran serta berbagi sifat terpuji lainnya agar
dapat mencaapi tujuan-tujuan pembelajaran sebagaiman kesungguhan para pemain
sepak bola maupun pemain sinetron / film dan sandiwara. Al-qur’an juga
menegaskan bahwa walaupun hidup sebagai permainan namun kita jangan sampai
hanyut dalam bentuk permainan itu sendiri karena semua itu hanyalah wahana
untuk mencari siapa yang menjadi pemain terbaik dalam permainannya yaitu segala
aktifitasnya merupakan amal shaleh dan orientasinya tidak hanya dalam kehidupan
dunia tetapi juga kampung akherat. Hal itu sebagaimana firman allah SWT:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“ Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa
yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di
antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (
QS. Al-Kahfi {18} :
7)
2.
Penerapan
PAKEM dalam proses Pembelajaran
Secara Garis besar,
penerapan PAKEM dalam proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut :
a)
Peserta
didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b)
Guru
menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkugan sebagia sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik , menyenangkan dan cocok bagi peserta didik
c)
Guru
mengatur kelas dengan memajang buku –buku dan bahan belajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
d) Guru mendorong peserta didik untuk
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah , untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.[19]
Selain itu ada beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika pendidik/guru menerapkan PAKEM menurut Ismail,
adalah sebagai berikut:
a)
Memahami
sifat peserta didik.
Pada
dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua
sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/ berpikir kritis dan
kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang
subur bagi berkembangnya kedua sifat tersebut.
b)
Mengenal
peserta didik secara perorangan.
Peserta
didik berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan
individu harus diperhatikan harus tercemin dalam pembelajaran. Semua peserta
didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan
berbeda sesuai dengan kecepatannya belajarnya. Peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor
sebaya)
c) Memanfaatkan perilaku peserta didik
dalam mengorganisasi belajar.
Peserta
didik secara alami bermain secara berpasangan atau berkelompok. Perilaku yang
demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan
berkelompok akan mudah mereka untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.
d)
Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah.
Pada
dasarnya hidup adalah memecahkan masalah, untuk itu peserta didik perlu
dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menganaliasis masalah, dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran
tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
e)
Menciptakan
ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankandalam PAKEM. Hasil peserta didik
sebaiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat memotivasi peserta didik untuk
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain.
Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran
yang lain.
f)
Memanfaatkan
lingkungan sebagai lingkungan belajar.
Lingkungan
(fisik, sosial, budaya) merupakan sumber sangat kaya untuk bahan belajar
peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar serta objek
belajar peserta didik.
g)
Memberikan
umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan.
Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan interaksi antara
guru dan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkapkan kekuatan dan
kelebihan peserta didik dari pada kelemahannya. Umpan balik juga harus
dilakukan secara santun dan elegan sehingga tidak meremwhkan dan menurunkan
motivasi.
h)
Membedakan
antara aktif fisik dengan aktif mental.
Dalam
pembelajaran PAKEM, aktif secara mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik.
Karena itu, aktivitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,
mengemukakan tanda-tanda aktif mental.[20]
D.
Pengembangan
Pembelajaran PAKEM
Dalam pelaksanaan PAKEM
sekurang – kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifikasi.
Keempat komponen atau prinsip tersebut adalah :
1) Mengalami
Dalam
hal mengalami peserta didik belajar banyak melalui berbuat, pengalaman langsung
mengaktifkan banyak indra. Beberapa contoh bentuk konkritnya adalah melakukan
pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, penggunaan alat peraga.
2)
Interaksi
Interaksi
anatar peserta didik maupun peserta didik dengan guru perlu diupayakan agar
tetap ada dan terjaga agar mempermudah dlam membangun makna. Dengan interaksi
pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang
terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap dan kualitas hasil belajar
meningkat.
3)
Komunikasi
Komunikasi
dapat diartikan sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja
belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi, karena interaksi akan
lebih bermakna jika interkasi itu komunikatif. Makna yang terkomunikasi kepada
orang lain secara terbuka memungkinkan untuk mendapat tanggapan. Bebebrapa cara
komunikasi yang dapat dilakukan misalnya dengan pajangan, presentasi, laporan.
4)
Refleksi
Refleksi
berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat dipikirkan. Melalui refleksi kita
dapat mengetahui efektifiktas pembelajaran yang sudah berlangsung. Refleksi
dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru yang dapat bermanfaat
dalam perbakan makna hasil pembelajaran. Dengan refleksi kesalahan dapat
dihindari sehingga tidak terulang lagi.[21]
E.
Implementasi
Dalam implementasi ini kita menggunakan model Make – A Match (Mencari Pasangan), yaitu siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban
/ soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
1.
Guru memberi salam kepada murid.
2.
Guru harus memberi semangat dan motivasi belajar sebelum memulai
menggunakan strtategi pembelajaran PAKEM ini dengan tujuan membangun suasana
yang menyenangkan bagi peserta didik.
3.
Setelah itu guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok misalnya tentang para nabi, guru harus merivew
ingatan para peserta didik untuk mengingat kembali tentang kisah para nabi,
sejarahnya dll gunanya untuk merefresh otak peserta didik.
4.
Guru membagi kelompok sekitar 4-5 kelompok dengan masing-masing
anggota 6 orang.
5.
Satu bagian kartu itu soal dan bagian lainnya adalah kartu jawaban.
6.
Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
7.
Setiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang.
8.
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
9.
Guru memberi waktu sekitar 15 menit untuk mengerjakan tugas
tersebut.
10.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
11.
Setelah selesai , guru mengevaluasi
jawaban dan memberi penjelasan mengenai jawaban dari soal – soal tersebut
F. Model – Model Pembelajaran
yang mendukung Pembelajaran PAKEM
Dalam perkembangan model – model pembelajaran, ternyata terdapat
beberapa model – model pembelajaran yang sebenarnya telah memuat konsep PAKEM
.Menurut Udin S.Saud , terdapat tiga model pembelajaran yang telah biasa
digunakan oleh para pengajar yang pada dasarnya mendukung PAKEM , yaitu :
1.
Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)
Pembelajaran Kuantum ini merupakan bentuk inovasi dari
pengubahan bermacam – macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen
belajar.Menurut Bobbi de Porter ( 2005 : 5 ) “Quantum is an interaction that
change energy into light” .
Maksud dari “ energy menjadi cahaya”adalah mengubah
semua hambatan- hambatan belajar yang selama ini dipaksakan untuk terus
dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain, dengan
memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa.
Pengubahan hambatan – hambatan belajar tersebut bisa
dengan menggunakan beberapa cara, yaitu dengan mulai membiasakan menggunakan
lingkungan sekitar belajar sebagai media belajar, menjadikan system komunikasi
sebagai parantara ilmu dari guru ke siswa yang paling efektif dan memudahkan
segala hal yang diperlukan oleh siswa.
Menurut Bobi dePorter, prinsip – prinsip yang harus
ada dalam pembelajaran kuantum[22]
adalah :
a. Segalanya berbicara
Segalanya
dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga
rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar .
b. Segalanya bertujuan
Semua yang
terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak
berkembang pesat dengan adanya rangsangan rasa ingin tahu . Oleh karena itu ,
proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari
d. Akui setiap usaha
Belajar mengandung
resiko .Pada saat siswa mengambil langkah ini , mereka patut mendapat pengakuan
atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari , maka layak pula dirayakan
Perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi
positif dengan belajar .
Dengan prinsip – prinsip seperti itu ,
makamekanisme pembelajaran partisipatif , aktif, kreatif , efektif , dan
menyenangkan akan bisa dicapai, baik oleh siswa atau oleh guru. Pada akhirnya ,
tidak ada ketakutan pada diri siswa disaat ia ingin masuk sekolah atau memuali
pelajaran.
Dalam pembelajaran kuantum terdapat
kerangka - kerangka yang menjamin siswa
menjadi tertarik, dan berminat pada setiap mata pelajaran. Dikerangka ini juga
dipastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi
pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai , sukses.
Kerangka perancangan pembelajaran kuantum
kemudian dinamakan dengan TANDUR (dePorter, 2009 : 89 )
Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan dengan
AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku/Siswa)
Alami : Berikan mereka pengalaman belajar untk mengalaminya
sendiri.
Namai : berikan “data” ketika minat memuncak
Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
Ulangi : Rekatan gambaran keseluruhannya dengan retensi.
Rayakan : Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi
positif. Berikan penghargaan atas prestasi yang positif, sehingga terus
diulangi.
Oleh
karena itu, pembelajaran ini memuat tujuan – tujuan yang kemudian menjadi
tujuan pokok dalam suatu proses pembelajaran untuk siswa, yaitu meningkatkan partisipasi
siswa, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat,
meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan
kehalusan perilaku. Tujuan-tujuan pokok tersebut diharapkan dapat mengubah
nuansa pembelajaran antara guru dan murid , yang sebelumnya satu arah menjadi
dua arah, yangs ebelumnya menakutkan menjadi menyenangkan.
1)
Pembelajaran berbasis kompetensi
Pendidikan berbasis
kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi
adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut
Hall dan Jones (1976: 29) adalah "pernyataan yang menggambarkan penampilan
suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara
pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur". Kompetensi
(kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global,
karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh
karena itu, penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan
menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global. Implikasi
pendidikan berbasis kompetensi adalah pengembangan silabus dan sistem penilaian
berbasiskan kompetensi.
Paradigma pendidikan berbasis
kompetensi yang mencakup kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian
hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar
yang diberikan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang
mencakup pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan
pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat
pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai
dengan standar prosedur tertentu.
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi merupakan suatu model pembelajaran dimana perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran
berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran
benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang ditetapkan sehingga mereka tuntas dalam belajarnya. (Depdiknas, 2002).[23]
Pembelajaran berbasis
kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa apa yang ingin dicapai
oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas.
Perumusan dimaksud diwujudkan dalam bentuk standar kompetensi yang diharapkan
dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi standar materi atau standar
isi (content standard) dan standar pencapaian (performance standard). Standar
materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang
harus dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan
yang harus ditampilkan siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya harus 100%
dikuasai atau boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran
tersebut, masalah materi pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka
membantu siswa mencapai standar kompetensi.
Dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran, bahan ajar dipilih setelah identitas mata pelajaran, standar
kompetensi, dan kompetensi dasar ditentukan. Langkah-langkah pengembangan
pembelajaran sesuai KBK antara lain
a) Menentukan identitas
matapelajaran,
b) Menentukan standar
kompetensi,
c) Kompetensi dasar,
d) Materi pembelajaran
e) Strategi
pembelajaran/pengalaman belajar,
f) indikator pencapaian.[24]
Setelah pokok-pokok materi pembelajaran ditentukan,
materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi pembelajaran dapat berisikan
butir-butir materi penting (key concepts) yang harus dipelajari siswa atau
dalam bentuk uraian secara lengkap seperti yang terdapat dalam buku-buku
pelajaran.
Seperti yang diuraikan di muka, materi pembelajaran
(bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan
penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa.
Materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar
dapat seoptimal mungkin membantu siswa dalam mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul berkenaan dengan pemilihan materi
pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan, perlakuan (treatment) terhadap
materi pembelajaran dan sumber bahan ajar. Jenis materi pembelajaran perlu
diidentifikasi atau ditentukan dengan tepat karena setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi, media, dan cara mengevaluasi yang
berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman materi pembelajaran
perlu diperhatikan agar tidak kurang dan tidak lebih. Urutan (sequence) perlu
diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara mengajarkan atau
menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih setepat-tepatnya agar tidak salah
mengajarkan atau mempelajarinya, misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi
harus dihafalkan, dipahami, atau diaplikasikan.[25]
2)
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran konteksual atau yang lebih dikenal dengan
sebutan CTL (Contektual teaching and learning ) meruapakan konsep
belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak
belajardan mengalami sendiri apa yang akan dipelajarinya,bukan sebatas
mengetahui. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa , tetapi bagaimana siswa dapat memaknai apa yang dipelajarinya.
Center on Education and Work at the University of
Wisconsi Madison, mengartikan
pembelajaran konstektual, yaitu “suatu konsepsi belajar mengajar yang
membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan – hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya
dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta
meminta ketekunan belajar .
Dari pengertian diatas bisa dipahami bahwa CTL adalah
konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang
akan diajarkannya kepada siswa sesuai dengan kondisi yang terjadi dan mendorong
siswa untuk bisa menerapkan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam pelaksanaannya , CTL dipengaruhi oleh berbagai
factor yang dating baik, dari dalam ataupun dari luar. Zahorik mengungkapkan
lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontektual , yaitu :
a. Pembelajaran harus memerhatikan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh siswa.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagian
yang lebih kusus.
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman , dengan
cara : (1) menyusun konsep sementara, (2) Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari
orang lain, dan (3) merevisi dan mengembangkan konsep.
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan
secara langsung apa-apa yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan
pengembangan pengetahuan yang dipelajari
Berdasarkan factor-faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa cakupan untuk
pembelajaran konstektual ini adalah penekanan pada hal-hal yang bersifat makna
dari materi yang telah diajarkan oleh guru dan perhatian terhadap factor
kebutuhan individu siswa. Oleh karenanya , dalam pembelajaran konstektual
terdapat tujuh komponen pembelajaram konstektual,yaitu : (1) konstruktivisme,
(2) inquiry ,(3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6)
refleksi dan (7) penilaian nyata (authentic assessment) .
Dalam tujuh kompenen
tersebut dimuat berbagai aspek yang diharapkan dari siswa, yaitu mereka dapat
belajar mandiri dan menghasilkan makna yang ditumbuhkan oleh siswa itu sendiri
dalam setiap kegiatan belajar-mengajar.[26]
G.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran PAKEM
Adapun alasan menggunakan model dan strategi pembelajaran yang
menyenangkan ini dapat dilihat dari kelebihan dan kelemahan yang ada didalamnya,
adalah sebagai berikut:
1.
Kelebihan
model dan strategi pembelajaran PAKEM
Adapun
keunggulan model dan strategi pembelajaran
yang menyenangkan, ialah sebagai berikut:
a)
Peserta didik
akan lebih termotivasi untuk belajar karena adanya variasi dalam proses
pembelajaran.
b)
Peserta didik
dapat lebih mengembangkan dirinya.
c)
Peserta didik
tidakjenuh dengan pembelajarn di kelas.
d) Peserta didik dapat memecahkan permasalahan dengan
memanfaatkan lingkungan sekitarnya.
e)
Mental dan
fisik peserta didik akan terasah secara optimal
2.
Kelemahan
model dan strategi pembelajaran PAKEM
Di
samping memiliki beberapa keunggulan seperti yang telah disebutkan di atas,
pembelajaran yang menyenangkan juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun
kelemahan pembelajaran yang menyenangkan adalah :
a)
Guru harus
meyiapkan pembelajaran yang lebih dari sekedar ceramah, maka dibutuhkan alat
dan bahan yang lebih pula untuk melaksanakan pembelajaran tersebut.
b)
Guru harus
bisa mengcover semua kebutuhan siswa baik dari segi mental maupun fisik.
c)
Sarana dan
prasarana harus memadai, sehingga sekolah-sekolah yang berada di daerah sulit
untuk mengembangkan PAKEM.
BAB III
PENUTUP
PAKEM adalah
kepanjangan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari
kepanjangannya PAKEM mempunyai empat ciri-ciri pembelajaran, yaitu: Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Ada sebagian penulis yang menyebutnya dengan
istilah PAIKEM (Pembelajaran yang Aktiv, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan)
sehingga ada tambahan inovatif. Pembelajaran Inovatif bisa mengadaptasi dari
model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is Fun merupakan kunci
yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif.
Pembelajaran Aktiv, Kreatif, dan
Menyenangkan (PAKEM) adalah bagaimana kreativitas dan inovasi guru dalam
menciptakan suasana kelas agar peserta didik belajar, yang pada dasarnya
belajar adalah memproduksi gagasan atau membangun makna baru dari pengetahuan
awal yang sudah dimiliki peserta didik. Peserta didik sebagai subjek tidak
mengkonsumsi gagasan tetapi memproduksi gagasan dalam proses pembelajaran yang
difasilitasi oleh guru.
Alasan penerapan PAKEM,
sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa pendekatan PAKEM diterapkan di
Indonesia, yakni:
1.
PAKEM
lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam
pembelajaran..
2.
PAKEM
lebih memungkinkan, baik peserta didik maupun guru sama-sama kreatif.
Secara Garis besar, penerapan PAKEM
dalam proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut :
a)
Peserta
didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b)
Guru
menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara daam membangkitkan semangat,
c)
Guru
mengatur kelas dengan memajang buku –buku dan bahan belajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
d)
Guru
mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
Dalam pelaksanaan PAKEM sekurang –
kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifikasi, yaitu:
a)
Mengalami
b)
Interaksi
c)
Komunikasi
d)
Refleksi
Adapun keunggulan model dan strategi
pembelajaran PAKEM, adalah:
a)
Peserta
didik akan lebih termotivasi untuk belajar karena adanya variasi dalam proses
pembelajaran.
b)
Peserta
didik dapat lebih mengembangkan dirinya.
c)
Peserta
didik tidakjenuh dengan pembelajarn di kelas.
d)
Peserta
didik dapat memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya.
e)
Mental
dan fisik peserta didik akan terasah secara optimal
Adapun kelemahanmodel dan strategi
pembelajaran PAKEM, adalah :
a)
Guru harus
meyiapkan pembelajaran yang lebih dari sekedar ceramah, maka dibutuhkan alat
dan bahan yang lebih pula untuk melaksanakan pembelajaran tersebut.
b)
Guru harus
bisa mengcover semua kebutuhan siswa baik dari segi mental maupun fisik.
c)
Sarana dan
prasarana harus memadai, sehingga sekolah-sekolah yang berada di daerah sulit
untuk mengembangkan PAKEM.
DAFTAR PUSTAKA
[on line] http://duniaguru.com/index.php?
option=com_content&task=view&id
=406&Itemid=26 ,Diakses Selasa, 23 Desember 2014 , pukul
20 : 47
[on line] http://kidispur.blogspot.com/2009/01/prinsip-pembelajaran-berbasis.html , Diakses Selasa, 23 Desember 2014 pukul 20 : 49
[on line] http://duseptipanggabean.blogspot.com/2012/01/menciptakan-suasana-belajar-yang.html( Diakses, Selasa 23 , Desember 2014 ) pukul 22.25
[on line]
A. Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan, 11
November 2008 [Tersedia] http: // tarmizi. wordpress.com/ 2008/ 11/ 11/Kamis,
3 September 2009.
Departemen Agama RI , 2011.Al- Hidayah Al-Qur’an Tafsir
per kata tajwid kode angka , Banten : PT.Kalim.
DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike , 2000.Quantum Learning
:Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung PT : Mizan Pustaka.
Dra. Masitoh, M.pd & Laksmi De wi, M.pd. 2009.Strategi Pembelajaran, (Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia., Jakarta Pusat.
Gordon
Dryen dan Jeanette Vos, 2002.Revolusi Cara
Belajar (The Learning Revolution), Belajar Akan Efektif Kalau Anda dalam
Keadaan “Fun” Bagian I, Penerjemah: Word++ Translation Service. Bandung: Kaifa, Cetakan III.
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/ (On Line ) Jumat , 05 Desember 2014
Ismail,
Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang: Rasail
Media Group, 2008 ), 74-88
Mulyasa, 2006. Menjadi guru profesional :
menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan ,Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, 2012.Strategi
Pembelaran, Malang: UIN Maliki Press,
Rusman , 2012 .Model – Model Pembelajaran (mengembangkan
profesionalisme guru),Jakarta : Rajawali Pers ,
Suparlan,2008.dkk.
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,Bandung: PT. Genesindo.
Umaedi,1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menegah, Directorate Pendidikan Menengah Umum. Indonesia:Jakarta.
Wina
Sanjaya, 2008.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana.
Zain, Aswan, 2010.Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, ( Jakarta :Rineka Cipta.
[2] A. Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Aktif Kreatif dan
Menyenangkan, 11 November 2008 [Tersedia] http: // tarmizi. wordpress.com/
2008/ 11/ 11/[Online] Kamis, 3 September 2009.
[3] Mulyono, Strategi Pembelajaran , 191.
[4] Umaedi. Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate Pendidikan
Menengah Umum. Indonesia, ( Jakarta. 1999). Hal. 261
[5] Mulyasa, Menjadi guru profesional : menciptakan pembelajaran
kreatif dan menyenangkan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006) hlm, 192)
[6] Rusman , Model – Model Pembelajaran
(mengembangkan profesionalisme guru), ( Jakarta : Rajawali Pers , 2012 )
hlm 325
[9] Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem,
(Semarang: Rasail Media Group, 2008 ), 74-88
[10][On Line ] http://duseptipanggabean.blogspot.com/2012/01/menciptakan-suasana-belajar-yang.html (
Diakses, Selasa 23 , Desember 2014 ) pukul 22.25
[11]Zain, Aswan, Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta :Rineka Cipta, 2010), hal 24
[12]http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/ (On Line ) Jumat , 05 Desember 2014
[13] Gordon Dryen dan Jeanette Vos, Revolusi Cara Belajar (The
Learning Revolution), Belajar Akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan “Fun”
Bagian I, Penerjemah: Word++ Translation Service. (Bandung: Kaifa, Cetakan
III, 2002), 267.
[14] Dra. Masitoh, M.pd & Laksmi De wi, M.pd. Strategi Pembelajaran,
(Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.,
Jakarta Pusat 2009) hlm, 59
[15] Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi
itu hanya sebentar dan tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan
kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat
[16] Departemen Agama RI , Al- Hidayah Al-Qur’an Tafsir
per kata tajwid kode angka , (Banten : PT.Kalim
, 2011 ), Hlm.132
[20]Suparlan, dkk. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,(Bandung:
PT. Genesindo, 2008), 74-76
[22] DePorter, Bobbi dan
Hernacky, Mike , Quantum Learning :Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, ( Bandung PT : Mizan Pustaka,2000) hlm,7
[23] Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008)
hlm. 6
[24] (on line ) http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=406&Itemid=26 ,Diakses Selasa, 23 Desember 2014 , pukul 20 : 47
[25] (on line ) http://kidispur.blogspot.com/2009/01/prinsip-pembelajaran-berbasis.html , Diakses Selasa, 23 Desember 2014 pukul 20 : 49