JADI GURU ? TAK SEMUDAH MENUANGKAN AIR KEDALAM GELAS KOSONG
Dari
sini saya faham. Bahwa menjadi guru tak semudah menuangkan air kedalam gelas
kosong. Bagaimana tidak, guru selalu dituntut menjadi orang yang serba tau
segalanya. Digugu dan ditiru, selalu
ditiru tutur kata dan lakunya.
Tak peduli seberat apapun permasalahan hidupnya, kau harus mampu meletakkan
semua masalahnya sejenak. Demi generasi bangsa.
Guru
harus mampu menjadi tauladan, bahkan menjadi sosok sempurna dimata anak
didiknya. Menjadi figur dan panutan tanpa cela.
Makna Guru dalam Islam tak hanya seorang yang mahir memberikan ilmu
kepada anak didiknya, atau bahkan hanya melaksanakan ritual transfer ilmu
pengetahuan semata. Jika demikian, maka yang tercipta adalah generasi pekerja,
yang unggul kualitas keilmuannya, namun rendah dalam hal attitude nya.
Setidaknya
guru harus mampu menciptakan pendidikan sebagai alat pembentuk attitude generasi
bangsa. Proses transfer ilmu harus diimbangi dengan penanaman nilai. Sehingga
nilai (velues) tak terabaikan dalam proses pendidikan. Kita bisa menilik
lagi konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Syed Naquib Al-Attas. Ia menawarkan
konsep islamisasi ilmu pengetahuan dengan mengusung konsep ta’dib dalam
dunia pendidikan. Ia menempatan pendidikan sebagai proses penempatan anak didik
pada puncak moral,adab dan etika.
Hal
itu juga untuk menepis anggapan bahwa, pendidikan adalah salah satu sektor
komditi ekonomi yang menyuguhkan slogan, bahwa pendidikan semata-mata hanya
untuk memenuhi kebutuhan pasar dan ekonomi. Padahal kita menyadari seharusnya
tujuan pendidikan tidak sesempit itu. Pendidikan harus mampu memberikan
perubahan terhadap peradaban, di semua lini kehidupan.
Maka,
Naquib Al-Attas sangat gigih mengusung konsep ta’dib dalam pendidikan
Islam. Karena menurutnya ta’dib sudah mencangkung semua aspek, yaitu
baik pengajaran, pengetahuan maupun pengasuhan.
Ia
menggunakan istilah ta’dib karena, adab berkaitan erat dengan ilmu. Ilmu
tidak bisa diajarkan kepada murid, kecuali guru tersebut memiliki adab yang
tepat terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai bidang.
Jadi kesimpulannya, bagi kita yang berprofesi sebagai seorang guru. Setidaknya kita bisa berbenah diri setiap saat. Selalu merefleksi diri hakikat seorang guru. Agar generasi bangsa benar-benar tak hanya unggul dalam hal intelektual, tapi juga beretika, punya attitude yang baik.
Banyuwangi,
238_Amalia Utami IG : amalia22._
Pembelajar Nulisyuk Batch 57
Komentar
Posting Komentar