SEMUA AKAN KEMBALI PADA WAKTUNYA
Dini hari, sekitar pukul 03.00 saat semua orang tertidur pulas. Tiba-tiba telfon bapak berdering, sesaat itu juga suasana seketika hening, kemudian bapak nyeletuk ada kabar duka. Saudara kita meninggal. Innalillahi wainnailaihirojoiun, semua akan kembali pada Allah. Seketika, dada bergetar. Fikiran Mulai bergelayut pada angan-angan, telah banyak harapan tercurah pada angan yang tanpa arah.
Bagitu hina diri ini, bahkan kita telah banyak disibukkan dengan
sesuatu yang belum pasti akan menjadi takdir kita, namun lalai dari kepastian
yang akan menghampiri kita. yaitu kematian. Sangat, mengerikan kata itu. Semua orang tutupmata dan tutup telinga. Seolah
manusia akan hidup selamanya. Selepas subuh, aku datang kerumah saudara
itu, kubersihkan debu disetiap rumah itu
bersama ibu dan kerabat yang lain. Mempersiapkan kedatangan jenazah dan
pelayat.
Kulihat perempuan kecil
sedang tidur dengan pulas memakai selimut.
Dalam benakku, anak sekecil itu
sudah diuji duka dengan kepergian ibunya. Tak bisa kubayangkan bagaimana
hancurnya dia. Seketika airmataku
menetes, sekilas membayangkan jika aku yang berada diposisi itu. Betapa
perihnya aku, btapa hancurnya aku. Semakin dalam keadaan batin mengikat perasaan
pada seorang terkasih. Semakin dalam pula sayatan itu menggoreskan luka.
Kemudian, perempuan kecil itu dibangunkan oleh ibuku.
"Nduk, sholat nduk sholat "
saat bangun, dia menatap seisi rumah. Ia mungkin tak akan membayangkan moment ini
akan terjadi dalam hidupnya, pagi pertama yang akan ia jalani tanpa panggilan
ibu, dan akan terus berlanjut sampai seterusnya.
Kemudian selepas sholat, ia melihat, ada kerumunan orang berduyun
menghampiri rumahnya. sepagi ini ? perasaannya mungkin sudah bergetar. Ada apa
ini ? Perasaan kehilangan itu akan menjadi sakit kedua bagi dia. Setelah
kepergian neneknya, ia harus melihat ibunya kembali lebih dulu. Ia mungkin tak
akan bisa membayangkan bagaimana ia akan
menjalani hari esok tanpa kehadiran ibu disampingnya.
Yang selama ini menyambutnya setiap pagi.
Yang menyiapkan segala kebutubah makan.
Yang merapikan tempat tidurnya..
Yang menghantarkannya kesekolah.
Yang menanam bunga dipojok sudut rumah.
Pukul 06.00 mobil dengan bersuara sirine datang membawa jenazah
itu, seketika juga suasana semakin riuh oleh tangis. Ku saksikan tubuh itu
tertutup kain putih, telah siap meja panjang menyambut pembaringan jenazah,
seketika air mata menetes. Sesingkat itu umur manusia, kutatap setiap sudut isi
rumah, akan menjadi apa semua yang ia miliki setelah ini.
Tidak akan dibawa, hanya amal yang akan menyertai, serta doa dari
anak sholeh. Seketika kubantu memandikan jenazah, Tuhan tanganku bergetar,
membayangkan jika badan ini yang berbaring disini, terguyur air dan sabun namun
sudah tak terasa. Kain kafan sudah tertata rapi diatas meja, diletakka
jenazahnya dikafani perlahan. Saat itu hati menahan perih, Ya Allah sesingkat
itu perjalanan didunia, sedang amal begitu jauh dari kata sempurna. Sedangkan
dosa masih sangat melimpah.
Banyuwangi,
238_Amalia
Utami IG : amalia22._
Pembelajar
Nulisyuk Batch 57
Tulisan
pertama. Kamis, 17 September 2020
Komentar
Posting Komentar