KEBUDAYAAN DAN JIWA KEAGAMAAN SESEORANG
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebudayaan merupakan pedoman bagi kehidupan masyarakat, merupakan
perangkat – perangkat acuan yang berlaku umum dan menyeluruh dalam
menghadapi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan warga
masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dalam kebudayaan terdapat perangkat
– perangkat dan keyakinan – keyakinan yang dimiliki oleh pendukung kebudayaan tersebut.Adapun
tradisi keagamaan merupakan pranata primer dari kebudayaan memang sulit berubah
karena keberadaannya didukung oleh kesadaran bahwa prenatal tersebut menyangkut
kehormatan harga diri, dan jati diri masyarakat pendukungnya. Dalam makalah ini
akan dibahas tentang pengaruh kebudayaan khususnya tradisi keagamaan terhadap
jiwa keagamaan pada era globalisasi.
Pada era globalisasi itu menunjukkan bahwa kebudayaan ( bidang
material) sangat berpengaruh terhadap jiwa keagamaan. Sehingga muncul
kecenderungan – kcenderungan yang membawa konsekuensi tersendiri bagi penganut agama
tertentu, apa kecenderungan yang positif atau negatif yang lebih bersifat
destruktif. Pada kondisi itu , kondisi kejiwaan penganut agama tersebut
haruslah menunjukkan jati diri sebagai penganut agama yang tetap tidak tergerus
oleh nilai – nilai yang sekuler meskipun kemajuan iptek berpengaruh pesat
ditengah arus global. Hendaknya mereka menganggap globalisasi sebagai tantangan
yang harus dihadapi sekaligus menjadikan globaisasi sebagai ancaman bila tidak
mampu menunjukan jati dirinya, karena globalisasi merupakan puncak
peradaban manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
Pengertian,teori dan Fungsi Kebudayaan?
2.
Bagaimanakah
hubungan Tradisi dan sikap keagamaan ?
3.
Bagaimanakah
pengaruh kebudayaan dalam Era Global terhadap Jiwa Keagamaan?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui Pengertian,teori dan Fungsi Kebudayaan
2.
Untuk
mengetahui hubungan Tradisi dan sikap keagamaan
3.
Untuk
mengetahui pengaruh kebudayaan dalam Era Global terhadap Jiwa Keagamaan
D.
Manfaat Pembahasan
1.
Agar
mengetahui Pengertian,teori dan Fungsi Kebudayaan
2.
Agar
mengetahui hubungan Tradisi dan sikap keagamaan
3.
Agar
mengetahui pengaruh kebudayaan dalam Era Global terhadap Jiwa Keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian,teori dan Fungsi Kebudayaan
1.
Pengertian
dan teori Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
Buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi”
yang berarti budi dan akal. Kebudayaan diadakan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Adapun istilah Culture
yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan,
berasal dari bahasa Latin colere Artinya mengolah atau mengerjakan,
yaitu mengolah tanah bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colere
kemudian culture diartikan sebagai
daya dan kegiatan manusia untuk mengubah dan mengolah
alam.[1] Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan
social. Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola
pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola
piker masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari
yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka,
kepercayaan, dan ideology yang mereka anut.
Adapun
beberapa ahli merumuskan kebudayaan antara lain[2] :
a.
E.BTylor (1871)
Menurut E.B Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
b.
Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Menurut tokoh ini, kebudayaan
sebagai suatu hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
1)
Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebedaan atau
masyarakat.
2)
Rasa
meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah dan nilai - nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah – masalah
kemasyarakatan
dalam arti yang kuat,didalamnya termasuk agama ideology
kebatinan, kesenian, dan semua unsur
yang merupakan hasilekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
masyarakat.
3)
Cipta
merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup
bermasyarakat yang antara lain menghasilkanfilsafat serta ilmu pengetahuan
cipta bisa terwujud murni, maupun yang
telah disusun untuk berlangsung diamalkan
dalam kehidupanmasyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
2.
Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan sangat besar bagi
manusia dan masyarakat:
a.
Manusia
dan masyarakat memerlukan kepuasan,
baik di bidang spiritual maupun
materiil. Kebutuhan ini sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaanyang bersumber
pada masyarakat itu sendiri.
b.
Hasil karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaankebendaan mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakatterhadap
lingkungan dalamnya.
c.
Karsa
masyarakat mewujudkan norma dan nilai - nilai social yang sangat perlu untuk
mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan.
Jadi fungsi
kebudayaan disini agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau
berhubungan dengan orang lain.
1.
Pengertian Tradisi
Kriteria tradisi dapat lebih dibatasi dengan mempersempit
cakupannya. Dalam pengertian yang lebih
sempit tradisi hanya berarti bagian - bagian warisan sosial khusus yang memenuhi
syarat saja, yakni yang tetap bertahan hidup dimasa kini yang masih kuat
ikatannya, dengan kehidupan masa kini.[4]
Dalam arti sempit tradisi adalah kemampuan benda material dan gagasan
yangdiberi makna khusus yang berasal dari masa lalu.[5]
Adapun
beberapa ahli merumuskan tradisi antara lain;
a.
Shils
Menurut
Shils, tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa
lalu kemasa kini.[6]
b.
Pasurdi
Suparlan, Ph. D
Menurut
Pasurdi Suparlan, tradisi merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar
dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah.
c.
Meredith
Mc. Guire
Menurut
Meredith Mc.Guire, dia melihat bahwa dalam masyarakat pedesaan umumnya tradisi
erat kaitannya dengan agama.
d.
Prof. Dr.
Kasmiran Wuryo
Menurut
Kasmiran Wuryo, tradisi masyarakat merupakan bentuk norma yang terbentuk
dari bawah,sehingga sulit untuk diketahui sumber asalnya.
Adapun secara garis besarnya, tradisi sebagai kerangka acuan
norma dalam masyarakat disebut pranata . pranata ini terbagi atas :
1)
Pranata
Skunder
Pranata ini merupakan
pranata yang dapat dengan mudah diubah struktur dan
peran hubungan antar peranannya maupun dengan norma – norma yang berkaitan
dengan perhitungan rasional yang menguntungkan dan dihadapi sehari – hari .
Pranata ini bersifat fleksibel mudah berubah , sesuai dengan situasi yang
diinginkan oleh pendukungnya.
Contohnya
: Pranata Politik,Pranata Pemerintahan,Pranata Ekonomi dan pasar, berbagai
pranata hokum dan keterkaitan social dalam masyarakat.
2)
Pranata
Primer
Pranata ini merupakan kerangka acuan norma yang mendasar dan
hakiki dalam kehidupan manusia. Pranata ini berhubungan dengan kehormatan dan
harga diri, jati diri serta kelestarian masyarakat ,dan pranata ini bersifat
mudah dapat berubah begitu saja.Adapun titik tekan pranata primer adalah
menekankan pada pentingnya keyakinan dan kebersamaan serta bersifat tertutup
atau pribadi.
Contohnya: Panata
Keluarga kekerabatan , keagamaan (tradisi keagamaan), pertemanan , atau
persahabatan. Bila dihubungkan dengan tradisi maka tradisi (agama samawi)
brsumber dari norma – norma yang termuat dalam kitab suci.[7]
Adapun
tradisi keagamaan (agama samawi) merupakan kontradiksi asli, yakni tradisi yang
sudah ada dimasa lalu, bukan merupakan tradisi buatan, yakni tradisi yang
khayalan atau pemikiran masa lalu.[8]
2.
Fungsi Tradisi (Termasuk;
Tradisi Keagamaan)
Adapun
fungsi tradisi (tradisi keagamaan) antara lain;[9]
a.
Dalam
bahasa klise dinyatakan , tradisi ( tradisi keagamaan ) adalah kebijakan turun
temurun, tempatnya didalam kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anit
kini serta dalam benda yang diciptakan di masalalu . Tradisi ( Tradisi
keagamaan ) pun menyediakan fragmen waris anhistoris yang kita pandang
bermanfaat . Tradisi – tradisi keagamaan
seperti gagasan dan material yang dapat
digunakan orang
dalam
tindakan kini dan untuk membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa
lalu.Tradisi menyediakan cetak biru untuk bertindak Dalam arti ia menyediakan
mereka (orang) blok bangunan yang sudah siap untuk membentuk dunia mereka.
b.
Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranatadan
aturan semuanya itu memerlukan pembenaran agar dapat mengikatanggotanya.
c.
Menyediakan simbol
identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial
terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.
d.
Membantu
menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidak puasan dan kekecewaan
modern. Tradisi (tradisi keagamaan) yang mengesankan masa lalu yang lebih
bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila masyarakat dalam masa
krisis.
Tradisi keagamaan pada dasarnya merupakan pranata keagamaan yang
sudah baku oleh masyarakat pendukungnya. Dengan demikian tradisi keagamaan sudah
merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan perilaku masyarakat.Dan tradisi
keagamaan sebagai pranata primer dari kebudayaan memang sulit
untuk berubah karena keberadaannya didukung oleh bahwa pranata
tersebut menyangkut kehormatan, harga diri dan jati diri masyarakat
pendukungnya.Para ahli antropologi membagi kebudayaan dalam bentuk
dan isi. Menurut Koentjaraningrat bentuk kebudayaan terdiri atas;
1.
Sistem kebudayaan (cultural
system)
Sistem kebudayaan berbentuk gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai
budaya, norma-norma , pandangan pandangan yang
bentuknya abstrak serta berada dalam pikiran para pemangku kebudayaan
yang bersangkutan.
2.
Sistem sosial ( social system)
Sistem sosial berwujud aktifitas, tingkah laku,
prilaku, upacara-upacara ritual-ritual yang wujudnya lebih konkret. Sistem
sosial adaah bentuk kebudayaandalam wujud yang telah konkret dan dapat diamati
3.
Benda-benda
budaya (material system)
Benda - benda budaya atau kebudayaan fisik
atau kebudayaan material
merupakan hasil tingkah laku dan karya pemangku kebudayaan yang bersangkutan.
Adapun
isi kebudayaan menurut Koentharaningrat terdiri atas tujuh unsur, yaitu; bahasa,
sistem teknologi,system ekonomi, organisasi social , system pengetahuan, religi
dan kesenian.[10]
Dengan demikian dilihat dari bentuk dan isi.
Kebudayaan merupakan lingkungan
yang terbentuk oleh norma-norma dan nilai-nilai yang dipelihara oleh
masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai dan norma-norma menjadi pedoman hidup itu
berkembang dalam berbagai kebutuhan masyarakat, sehingga terbentuk dalam suatu
sistem sosial.
Contohnya
: sistem ini selanjutnya terwujud pula benda-benda kebudayaan dan bentuk benda fisik.Contohnya
adalah penyebaran agama, kenusantara yang sampai saat ini
mempengaruhi sikap keagamaan masyarakat Indonesia. Khususnya pengaruh
tradisi keagamaan masa lalu ikut mempengaruhi sikap keagamaan masyarakat.
Menurut Robert Monk hubungan antara sikap keagamaan dan tradisi
keagamaan adalah sikap keagamaan perorangan dalam masyarakat
yang menganut suatu keyakinan agama merupakan unsur penopang bagter
bentukya tradisi keagamaan.Tradisi
keagamaan menurut Monk menunjukan kepada
kompleksitas pola-pola tingkah laku atau sikap - sikap kepercayaan atau keyakinan yang berfungsiuntuk
menolak atau menanti suatu nilai penting oleh sekelompok orangyang dipelihara
dan diteruskan secara berkesinambungan selama periode-periode tertentu.
Tradisi
keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi sikap-sikap keagamaan sebagai
lingkungan kehidupan turut memberi nbilai-nilai, norma-norma tingkah-laku
keagamaan kepada sesamanya. Dengan demikian tradisi keagamaan memberi pengaruh
dalam membentuk pengalaman dan kesadaran agama. Sehingga terbentuk daam sikap
keagamaan pada diri seseorang yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan
tertentu.Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan
bagiandari pernyataan jati diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang
dianutnya.Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi cara berfikir, cita, rasa
atau penilaian seseorang terhadap segaa sesuatu yang berkaitan dengan agama.
Tradisi keagamaan dalam pandangannya. Robert C Monk memiliki dua fungsi utama. Pertama
Adalah sebagai kekuatan yang mampu membuat kesetabilan dan keterpaduan
masyarakat maupun individu. Kedua, tradisi
keagamaan berfungsi sebagai agen perubahandalam masyarakat
atau individu
C.
Kebudayaan dalam Era Global dan Pengaruhnya terhadap Jiwa Keagamaan
1.
Pengertian
Globalisasi
Makna globalisasi menurut Anthoy Giddens dijelaskan sebagai
intensifikasi relasi sosial di seluruh dunia yang menghubungan lokalitas
yang berjauhan sehingga kejadian lokal dibentuk oleh peristiwa-peristiwa
yang terjadi dibelahan dunia lain.[11]
Menurut Akbar S. Ahmad dan Hasting
Donnan makna globalisasi diberi batasanyaitu pada prinsipnya
mengacu pada perkembangan - perkembangan yang cepat daam
teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian
dunia yang jauh (menjadi hal-hal) yang bisa dijangkau dengan mudah.[12]
Istilah globalisasi sering digunakan
untuk mengembangkan penyebaran dan keterkaitan produksi, komunikasi, dan
teknologi seluruh dunia. Penyebaran ini melibatkan kompleksitas kegiatan
ekonomi dan budaya. Adapun tema kunci dalam wawancara dan pengalaman
globalisasi adalah;[13]
a.
Delokalisi dan lokalisasi
b.
Inovasi teknologi
informasi
c.
Kebangkitan
korporasi multinasional
d.
Privatisasi
dan pembentukan pasar bebas.
2.
Kebudayaan Dan Era Globalisasi Dan Pengaruhnya Terhadap Jiwa
keagamaan
Secara fenomena kebudayaan dalam era
globaisasi mengarah kepada nilai –nilai sekuler yang
besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa
keagamaan, khususnya dikalangan generasi muda. Meskipun dalam sisi
tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam kesemarakannya
namun dalam kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuer barangkali akan
ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan para generasi muda. Paling
tidak terdapat kecenderungan yang tampak. Pertama, muncul sikap toleransi
yang tinggi terhadap perbedaan agama, dikalangan kelompok moderat. Kedua, munculnya sikap fanatic keagamaan yang muncul pada
kelompok fundamental. Kedua kecenderungan tersebut menurut pendekatan
psikologis berisi ciri-ciri kepribadian yang ditampilkn kelompok introvert dan
ekstrovert. Gejala kejiwaan yang dimiliki orang-orang introvert lebih tertutup
terhadap perubahan yang terjadi, sedangkan ekstrovert lebih bersikap terbuka dan mudah
menerima. Tetapi yang jelas era globalisasi dipandang dari sudut teknologi adalah
era modernisasi puncak bagi peradaban manusia.
Era globalisasi memberikan perubahan
besar pada tatanan dunia secara menyeluruh dan perubahan itu dihadapi bersama
sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab mau tidak mau siap tidak siap perubahan
diperkirakan bakalterjadi. Dikala manusia dihadapkan pada
malapetaka sebagai dampak perkembangan dan kemajuan
modernisasi dan perkembangan teknologi itu sendiri Dalam
kondisi seperti itu barangkali manusia mengalami
konflik batinsecara besar-besaran. Konflik tersebut sebagai
dampak ketidak seimbanganantara kemampuan iptek yang menghasilkan
kebudayaan materi yang kosongan ruhani.
Kegoncangan batin ini barangkali
akan mempengaruhi kehidupan psikologi manusia.
Pada kondisi ini manusia akan mencari ketentraman batin
antara lain agama. Era global bertepatan dengan millennium III ditandai dengan
kemajuan iptek terutama dalam bidang transportasi
dan komunikasi. Serta terjadinya lintas budaya. Selain itu dampak dan mobilitas
manusia semakin tinggi menyebabkan apa yang terjadi disuatu tempat
diwilayah tertentu dengan mudah dan
cepat tersebar dan diketahui masyarakat
dunia hampir tak ada yang tersembunyi. Pengaruh
ini ikut malahirkan pandangan yang serba boleh ( perssiviness)
apa yang sebelumnya dianggap tabu, seanjutnya dapat diterima.
Sementara itu nilai nilai
tradisional mengalami pengerusan mulai kehilangan pegangan hidup yang bersumber dari
tradisi masyarakat, termasuk kedalam sistem nilai yang bersumber dari
ajaran agama. Dipihak lain manusia juga dihadapkan pada upaya
untuk mempertahankan sistem nilai yang mereka anut sementara itu era
global menawarkan alternatif baru (kekaguman dari hasil rekayasa iptek) yang
menawarkan kenikmatan duniawi. Hal ini menimbulkan keraguan dan kecemasan
kemanusiaan (human anxiety) adapun kemungkinan yang terjadi pada manusia
adalah;
pertama,mereka yang
tidak ikut larut alam pengaguman yang berlebihan
terhadap teknologi dan
tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kegamaan,
kemungkinan akan lebih meyakini kebenaran agama.
Kedua, golongan yang longgar dari nilai
– nilai ajaran agama akan kekosongan jiwa. Golongan kedua ini di era global
akan diperkirakan memuncukan tiga kecenderungan agama, yaitu :
a.
Kecenderungan
berupa arus kembali ke tradisi agama yang liberal
b.
Kecenderungan
ke tradisi keagamaan pada aspek mistis
c.
Kecenderungan munculnya gerakan sempalan yang mengatas namakan
agama.
Gerakan yang dilakukan golongan ini, pada hakikatnya merupakan
tindakan kompensatif. Mereka mengalami kesendirian kekosongan nilai-nilai
ruhaniyah. Dalam kondisi kesendirian kekosongan itu terasa
menyakitkan hingga mereka merasa perlu mengajak orang lain secara bersama sama
larutdalam upacara yang mereka rekayasa.Sebagai umat beragama, khususnya umat
Islam dalam era globalisasi hendaknya :[14]
1)
Menumbuhkan kesadaran tentang tujuan hidup menurut agama baik
sebagai hamba Allah maupun sebagai khalalifah Allah. Tetap dalam kontek mengabdi kepada Allah dan berusaha
memperoleh ridhanya dan keselamatan di dunia dan akhirat. Disini
peran iman dan taqwa sangat penting hidup di era gobalisasi.
2)
Menumbuhkan kesadaaran dalam bertanggung
jawab karena kita akan mempertanggungjawabkan apa yang
diperbuat di dunia, baik formalitas administratif sesuai yang ada di
dunia sendiri maupun hakiki menurut yang mempunyai konsekuensi akhirat kelak.
Ketika kita menceburkan diri dalamkehidupan globalisasi amka kita juga selalu
sadar akan tanggungjawab terhadap apa yang kita perbuat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tradisi keagamaan sebagai pranata primer dari kebudayaan memang
sulit berubah, karena pranata tersebut disadari sebagai
suatu yang penting, karena menyangkut kehormatan, harga diri,
dan jati diri masyarakat pendukungnya.Adapun hubungan
antara tradisi tersebut dan sikap keagamaan adalah tradisi keagamaan
memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran
agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang hidup dalam
kehidupan tradisi keagamaan tertentu. Istilah globalisasi sering digunakan
untuk menggambarkan penyebaran dan keterkaitan produksi, komunikasi dan
teknologi diseluruh dunia. Penyebaran itu menunjukkan kompleksitas kegiatan ekonomi dan budaya. Adapun pengaruh
kebudayaan dalam era gobalisasi terhadap jiwa keagamaan adalah apabila
tidak terjadi ketidak seimbangan antara kemajuan iptek dengan kemampuan
individu yang beragama dalam mengahasilkan kebudayaan
terutama kebudayaan materi. Maka individu tersebut akan
mengalami kekosongan rohani dan kegoncangan batin. Hal ini mempengaruhi kehidupan psikologisnya sehingga ia akanmemerlukan
agama. Adapun kemungkinan yang dapat dimungkinkan pada orangtersebut antara
lain :
1.
Menyakini kebenaran
agamannya
2.
Golongan
yang longgar terhadap nilai-nilai ajaran agama,
yang meliputia.
a.
Orang
yang cenderung kembali ke tradisi keagamaan yang liberal
b.
Orang
yang cenderung kembali kedalam tradisi keagamaan yang mistis.
c.
Orang
yang cenderung memunculkan gerakan sempalan yang mengatas
namakan agama
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca terutama pada dosen mata kuiah hadis ahkam, agar dapat pembuatan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya, penulis
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran
Islam (Persiapan SDM Yang Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004
https://id.scribd.com/doc/109908890/Pendidikan-Agama-Pengaruh-Kebudayaan-Terhadap-Jiwa-Keagamaan
( diakses 22 Oktober pukul 21.00 )
Jaluddin, Psikologi
Agama Cet-ke 16, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2012.
Jaluddin, Psikologi
Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Soekanto, Soerjono,Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2000
Sztompka,
Piotr ,Sosiologi Perubahan Sosial , Jakarta: Prenada, 2007
Tonny D. Widiastono (ed.), Pendidikan Manusia Indonesia,
Jakarta : Kompas, 2004
[1]
Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar , (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), hal.188
[2] Ibid,
hlm. 188 – 189
[3]Jaluddin, Psikologi
Agama, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) hlm. 198-203
[4]
Piotr Sztompka,Sosiologi Perubahan Sosial , (Jakarta: Prenada,
2007), hal. 70
[5] Ibid,
hlm 71
[6] Op.Cit
hlm, 70
[7] Op.Cit
.Jalaludin ,Psikologi agama ……..hlm, 195 - 197
[8]
Piotr sztompka,sosiologi perubahan ….hlm,72
[9]
Op.Cit ,Piotr sztompka,sosiologi perubahan ….hlm,74 – 76
[12] A.
Qodri Azizy,Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan
SDM Yang Terciptanya Masyarakat Madani),(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hal. 19
[13] Op.Cit
218 - 221
[14] Op.Cit
.A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi…,hal. 32-33