BERDIALOG DENGAN WAKTU
“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya maka ia
yang malah akan menebasmu. Dan jika dirimu tidak tersibukkan dalam kebaikan,
pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia . (Dalam kitab al-jawabul Kafi Karya Ibnu Qayyim)
Jika kita bisa memutar waktu, tentu kita akan berbalik arah dan
memperbaiki waktu yang terlewat disetiap detiknya. Waktu yang terbuang sia-sia
saat kita masih anak-anak, remaja, hingga dewasa. Bila kita renungkan kembali,
akan terasa banyak sekali waktu yang terbuang sia-sia, dengan urusan yang tidak
bermanfaat. Banyak waktu luang yang kita biarkan berlalu begitu saja, tanpa
kita manfaatkan dengan hal-hal yang bisa
menambah pundi-pundi amal kebaikan.
Apapun yang kita lakukan, sesibuk apapun aktivitas kita disetiap
harinya. Waktu akan terus berputar, pagi akan berganti dengan siang, siang akan
berganti dengan sore, dan sore akan berlanjut menjadi malam, dan malampun akan
berganti lagi dikeesokan harinya, bertemu dengan pagi hari berikutnya.
Begitulah waktu akan terus berputar, tanpa bisa kita kendalikan,
tanpa bisa dibuat lambat ataupun dipercepat. Tugas kita sebagai manusia, hanya
bisa meemanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, agar tidak ada
penyesalan dikemudian hari. Karena kita tidak pernah tau kapan nikmat waktu
yang diberikan oleh Allah itu akan dicabut.
Padahal kita semua dikaruniakan waktu yang sama, selama 24 jam. Ada
sebagian yang mampu memanfaatkannya demi kebaikan dirinya dan orang banyak, ada
juga ia yang hanya membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa makna. Tentu kita
sering mendengar istilah didunia modern, bahwa waktu adalah uang, tentu hal itu
tidak sepenuhnya salah. Namun juga tidak sepenuhnya benar.
Bagi orang yang menganggap uang adalah segalanya, maka tentu
semboyan itu sangat melekat sebagai pedoman hidup. Namun bagaimana kita sebagai
seorang muslim memandang keberadaan waktu ?
Rasulullah sudah memperingatkan umatnya, bahwa “ada dua
kenikmatan yang akan banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan
nikmat waktu luang” (HR.Muttafaqun ‘Alaih)
Seakan Rasulullah sudah memprediksi bahwa, mensiasiakan waktu akan
menjadi penyakit yang menyerang manusia. Entah itu karena disibukkan dengan
perkara dunia, ataupun kecenderungan manusia dalam menunda-nunda pekerjaan.
Sehat dan waktu luang, adalah dua kenikmatan yang harusnya membuat
kita bersyukur kepada Allah. Dan bentuk rasa syukur itu adalah dengan melakukan
ibadah yang maksimal kepada Allah. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jauzi, “Terkadang manusia dalam
kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam
aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia
dalam keadaan sakit. Apabila tergabung
kedalam dua nikmat ini, maka akan datang rasa malas, untuk melakukan ketaatan.
Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).
Begitulah manusia kebanyakan, padahal setiap nikmat yang telah
Allah anugrahkan kepada kita, suatu saat akan dimintai pertanggung jawaban :
“Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu
bermegah-megahan didunia itu ) (Q.S At-Takaatsur {102} : 8)
Untuk itu, kita sebagai manusia, hanya bisa memanfaatkan waktu dan
kenikmatan yang masih diberikan oleh Allah ini dengan sebaik-baiknya. Untuk
menambah kualitas ibadah kita.
238_AMALIAUTAMI @IG : amalia22._
Tulisan
kedelapan pembelajar Nulisyuk Batch 57
Kamis,
24 September 2020
Komentar
Posting Komentar