HADITS TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR






Sumber            : Ibnu Majah
Kitab
               : Mukadimah
Bab
                  : Keutamaan ulama dan dorongan untuk menuntut ilmu
No. Hadist
      : 220
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
(IBNUMAJAH - 220) : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi.",
       A.    Skema Sanad Hadits













      A.    Al-Jarh wa at-Ta’dil:



1.      Anas bin Malik
-          Nama Lengkap            : Anas bin Malik bin An Nadlir bin
  Dlamdlom bin Zaid bin Haram
-          Kalangan                     : Shahabat
-          Kuniyah                      : Abu Hamzah
-          Tinggal                        : Bashrah
-          Wafat                          : 91 H
-          Guru                            : Rasulullah SAW, Abi bin Kaab, Zaid bin
                                      ‘Arqam, Tsabit bin Quais
-          Murid                          : Muhammad bin Sirin, Katsir bin Abdullah,
                                      Malik bin Dinar, Qutadah bin Diamah
-          Karena posisinya sebagai generasi sahabat  maka tidak diragukan lagi keadilannya. Sudah menjadi ijmak ulama bahwa semua sahabat nabi adalah adil, memperoleh jaminan aman dari kritik saat meriwayatkan hadis.
-          Al-Bukhari memakainya 829 kali. Muslim 485 kali,  Abu dawud 257 kali, at-tirmidzi 367 kali, an-nasa’I, 366 kali,  Ibn majah 279 kali,  Ahmad bin hanbal, 2189 kali, Malik 35 kali, dan ad-darimi, 157 kali.
ULAMA
KOMENTAR
Ibnu Hajar al 'Asqalani
Shahabat

2.      Muhammad bin Sirrin
-          Nama Lengkap            : "Muhammad bin Sirin, maula Anas bin
    Malik"
-          Kalangan                     : Tabi'in kalangan pertengahan
-          Kuniyah                      : Abu Bakar
-          Negeri semasa hidup   : Bashrah
-          Wafat                          : 110 H
-          Guru                            : Anas bin Malik, Hudaifah bin Ilyas, Rofi’
  bin Khodij, Zaid bin Tsabit
-          Murid                          : Katsir bin Syinzhir, Amron bin Kholid,
  Malik bin Zinar, Laits bin Anas, Abu Roja’
-          Al-Bukhari memakainya 98 kali. Muslim 88 kali,  Abu dawud 52 kali, at-tirmidzi 45 kali, an-nasa’I, 95 kali,  Ibn majah 41 kali,  Ahmad bin hanbal 358 kali, Malik 6 kali, dan ad-darimi, 91 kali.
ULAMA
KOMENTAR
Ahmad bin Hambal
Tsiqah
Yahya bin Ma'in
Tsiqah
Al 'Ajli
Tsiqah
Muhammad bin Sa'd
tsiqah ma`mun
Ibnu Hibban
Hafizh
Ibnu Hajar al 'Asqalani
tsiqah tsabat
Adz Dzahabi
tsiqah hujjah

3.      Katsir bin Syinzhir
-          Nama Lengkap            : Katsir bin Syinzhir
-          Kalangan                     : Tabi'in (tdk jumpa Shahabat)
-          Kuniyah                      : Abu Qurrah
-          Negeri semasa hidup   : Bashrah
-          Wafat                          : -
-          Guru                            : Muhammad bin Sirin, Yusuf bin Abi
Hakim, Hasan al-Bishri, Atho’ bin Abi Ribah
-          Murid                          : Hafsh bin Sulaiman, Hafsh bin Umar,
  Bashir bin Mafdhul, Aban bin Thoriq
-          Al-Bukhari memakainya 3 kali. Muslim 1 kali,  Abu dawud 1 kali, at-tirmidzi 1 kali, an-nasa’I 0 kali,  Ibn majah 1 kali,  Ahmad bin hanbal 7 kali, Malik 0 kali, dan ad-darimi, 9 kali.
ULAMA
KOMENTAR
Ahmad bin Hambal
Shalih
Yahya bin Ma'in
Shalih
Abu Zur'ah
Layyin
An Nasa'i
laisa bi qowi
Ibnu Hazm
Dhaif Jiddan
Al Bazzar
Laisa bihi ba's
Ibnu Hajar al 'Asqalani
Shaduq yuhti



4.      Hafsh bin Sulaiman
-          Nama Lengkap            : Hafsh bin Sulaiman
-          Kalangan                     : Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
-          Kuniyah                      : Abu 'Umar
-          Negeri semasa hidup   : Kufah
-          Wafat                          : 180 H
-          Guru                            : Katsir bin Syinzhir, katsir bin zadan,
  Abdullah bin yazid, Abu Husain Utsmab
-          Murid                          : Hisyam bin Ammar, Yahya bin Said, Yasir
   bin Sufyan, Muhammad bin Hasan
-          Al-Bukhari memakainya 0 kali. Muslim 0 kali,  Abu dawud 0 kali, at-tirmidzi 1 kali, an-nasa’I 0 kali,  Ibn majah 2 kali,  Ahmad bin hanbal 3 kali, Malik 0 kali, dan ad-darimi, 0 kali.
ULAMA
KOMENTAR
Ahmad bin Hambal
matrukul hadits
Yahya bin Ma'in
Kadzaab
Ibnu Madini
dla'iful hadits
Al Bukhari
Mereka meninggalkannya

5.      Hisyam bin Ammar
-          Nama Lengkap            : Hisyam bin 'Ammar bin Nushair bin
  Maisarah bin Aban
-          Kalangan                     : Tabi'in kalangan biasa
-          Kuniyah                      : Abu Al Walid
-          Negeri semasa hidup   : Syam
-          Wafat                          : 245 H
-          Guru                            : Hafsh bin Sulaiman, Hafsh bin Umar,
  Ayub bin Tamimur Qory, Ismail bin Iyas
-          Murid                          : Ibnu Majah, Abu daud, An-nasai, Abu
  bakar ahmad bin amru, Ahmad bin yahya
-          Al-Bukhari memakainya 4 kali. Muslim 0 kali,  Abu dawud 17 kali, at-tirmidzi 1 kali, an-nasa’I 14 kali,  Ibn majah 328 kali,  Ahmad bin hanbal 0 kali, Malik 0 kali, dan ad-darimi, 0 kali.
ULAMA
KOMENTAR
Yahya bin Ma'in
Tsiqah
Al 'Ajli
Tsiqah
Abu Hatim
Kaisun
An Nasa'i
la ba`sa bih
Ad Daruquthni
Shaduuq
Ibnu Hibban
disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani
Shaduuq
Adz Dzahabi
Hafizh

    B.     Takhrij
No. Hadits
Bab Indonesia
Bab Arab
      220
علماء والحث على طلب العلم
Tidak ditemukan hadits pendukung.

     C.    Analisis Kualitas sanad
Di bawah ini akan dikemukakan hasil analisis hubungan setiap rawi dengan rawi terdekat sebelumnya, serta kualitas pribadi masing-masing perawi sebagai berikut:
Hadits di atas diterima Ibnu Majah melalui:
Hisyam bin Ammar (w. 245 H) dari gurunya ;
Hafsh bin Sulaiman (w. 180 H) dari gurunya ;
Katsir bin Syndzir (w. -) dari gurunya ;
Muhammad bin Sirin (w. 110 H) dari gurunya ;
AQnas bin Malik (w. 91 H) dari gurunya ;
Rasulullah SAW.
                        Dari sisi persambungan sanad , hadits yang diriwayatkan melalui  rangkaian perawi di atas dapat disimpulkan sebagai muttashil. Hal ini dapat dibuktikan bahwa masing-masing perawi dengan perawi terdekat sebelumnya pernah hidup satu generasi dan terbukti ada pertemuan, karena mereka memiliki hubungan guru dan murid.
Dari sisi kredibilitas (dhabit dan adil) para perawi yang tergabung dalam sanad tersebut, dapat disimpulkan tidak memenuhi syarat tsiqat,  Ada perawi yang mendapat kritik khadzab, dhaif jiddan, laisa bi qowi dll. Sebagaimana penuturan para sejarawan (ulama muhaditsin) tentang para perawi yang terlibat dalam transmisi sanad Imam Ibnu Majah tersebut,  dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sanad Imam Ibnu Majah melalui Hisyam bin Ammar sampai Anas bin Malik dan Rasulullah sebagai sanad yang tidak memenuhi syarat shahih, maa hadits ini dikatakan Dhaif.

     D.    Hubungan dengan Hadits Lain
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ أَتَيْتُكَ مِنْ الْمَدِينَةِ مَدِينَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَمَا جَاءَ بِكَ تِجَارَةٌ قَالَ لَا قَالَ وَلَا جَاءَ بِكَ غَيْرُهُ قَالَ لَا قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
(IBNUMAJAH - 219) : Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Daud dari 'Ashim bin Raja` bin Haiwah dari Dawud bin Jamil dari Katsir bin Qais ia berkata; "Ketika aku sedang duduk di samping Abu Darda di masjid Damaskus, tiba-tiba datang seseorang seraya berkata; "Hai Abu Darda, aku mendatangi anda dari kota Madinah, kota Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena satu hadits yang telah sampai kepadaku, bahwa engkau telah menceritakannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam! " Lalu Abu Darda bertanya; "Apakah engkau datang karena berniaga?" Katsir bin Qais menjawab; "Bukan, " Abu Darda` bertanya lagi, "Apakah karena ada urusan yang lainnya?" Katsir bin Qais menjawab; "Bukan, " Katsir bin Qais berkata; "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar."
                                                                                         
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}
(BUKHARI - 4402) : Telah menceritakan kepada kami 'Abdan Telah mengabarkan kepada kami Abdullah Telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri dia berkata; Telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ' kemudian beliau membaca firman Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30).
       E.     Syarah Hadits
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan ketentuan Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan, tetapi setiap ada kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dapat dilakukan lembaga non formal. Bahkan, pengalaman kehidupanpun merupakan guru bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi kita. 
Menempuh jalan dalam menuntut ilmu memiliki dua pengertian, pertama; menempuh jalan dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan menuju majlis-majlis ilmu, baik di mesjid maupun di sekolah dan di tempat-tempat ilmu lainnya. Kedua; menempuh sarana yang menyampaikan seseorang kepada ilmu sekalipun ia duduk di atas kursi di rumahnya atau di tempat kerjanya yaitu dengan membaca buku-buku tentang ilmu syar’i.
Maka barangsiapa menempuh jalan-jalan tersebut untuk memahami ilmu syar’i, mengkaji tentang apa-apa yang mengundang kekridhoan dari Allah  niscaya Allah akan mudahkan baginya untuk memasuki surga-Nya.

      F.     Hubungan dengan Ayat-Ayat Al-Qur’an
Menurut firman Allah dalam surat al baqarah ayat 31-33 yang berbunyi,
وعلم آدمالأسماءكلهاثم عرضهم على الملائكةفقال أنبئوني بأسماء هؤلاءإن كنتم صادقين31
قالوا سبحانك لاعلم لنا إلاماعلمتنا إنك أنت العليم الحكيم32
قال ياآدم أنبئهم بأسمآئهم فلماأنبأهم بأسمآئهم قال ألم أقل لكم إني أعلم غيب السماوات والأرض وأعلم ماتبدون وماكنتم تكتمون33
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?".
Yang diartikan menurut Prof. hamka adalah diberinya adam semua ilmu oleh Allah. Sesudah adam dijadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Allah nama-nama yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan pancaindra ataupun dengan akal semata, semua diajarkan kepadanya. Kemudia Allah memanggil malaikat-malaikat itu dan Allah tanyakan adakah mereka tau nama-nam benda itu ? jika benar pendapat mereka bahwa khalifah itu terjadi akan timbul bahaya kerusakan dan pertumpahan darah, sekarang cobalah menjawab pertanyaan Allah dapatkah mereka menunjukkan nama-nama itu. Disini Nampak penjawaban malaikat yang mengakui kekurangan mereka. Tidak ada pada mereka pegetahuan, kecuali apa yang diajarkan tuhan juga. Mereka memohon ampun dam karunia, menjunjung kesucian Allah bahwasanya pengetahuan mereka tidak lebih daripada yang diajarkan juga, lain tidak. Yang mengetahui semuanya hanya Allah yang bijaksana membagi-bagikan ilmu kepada barangsiapa yang Dia kehendaki. Kemudia oleh adam titah tuhan itupun dijunjung. Segala yang ditanyakan Allah dia jawab, dia terangkan semuanya pada malaikat itu.
Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini mengenai kewajiban belajar adalah sebagimana yang tertera dalam surat an-naml ayat 62 yang artinya “ diantara makhluk sebnanyak itu manusialah yang telah dipilih Allah menjadi khalifahnya, yaitu adam dan keturunannya”.
Pada manusia itulah Allah menyatakan hukumnyadan peraturannya. Meenjadikan manusia khalifah untuk mengatur bumi ini untuk menemukan rahasia yang terpendam didalamnya. Dianugrahkan kepadanya akal. Akal itupun sesuatu yang ghaib dan ajaib, bentuknya tidak Nampak, tetapi bekasnyalah yang menunjukkan akal itu ada. Manusia yang ketika mulai lahir lemah, kian lama kian diberi persiapan. Kekuatan yang ada padanya amat luas dan keinginan hendak tau tdak terbatas.memang kaau sendiri-sendiri dia lemah tidak berdaya. Tetapi kumpulan dari bekas usaha orang itu dapat mengesan dan membekas pada seluruh bumi. Dari keturunan demi keturunan manusia itu bertambah dapat menuasai dan mengatur bumi. Telah dikuasainya lautan yang diselaminya, gunung ditembusinya dan membuat jalan kereta api didalamnya semua sangat bervariasi dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lain yang akan dapat dikerjakan dalam bumi oleh manusia.
Memang ilmu yang luas itu tidak diberikan semuanya kepada seseorang dan tidak pula diberikan sekaligus, melainkan dari penyelidikan mereka sendiri-sendiri. Yang karea kesungguhan mereka rahasia itu dibukakan dan dibukakan lagi oleh Allah. Jadi dapat dipahamkan bahwasanya ayat 31 yang menerangkan bahwa Allah menrangkan nama-nama kepada adam, dan seketika ditanyakan pada malaikat, malaikat menyembahkan bahwa pengetahuan mereka terbatas hanya sekedar yang diajarkan Allah kepada merka. Lalu pada ayat 32 adam disuruh menrangkan maka diapun menerangkan semua nama-nama itu. Dapat ditarik maksud dalam keistimawaan yang diberikan Allah kepada manusia, namun keghaiban semua langit dan bumi masih banyak lagi yang belum diajarkan pada malaikat ataupun manusia, sebagaimana yang tersebut dalam ujung ayat 33.
Demikian besar sanjungan yang diberikan Allah. Sangatlah tidak layak kalau manusia menjatuhkan dirinya kepada hinaan, disini disebutkan bahwa manusia sebagai khalifah. Di waktu lain Allah menjelaskan manusia telah dijadikan sebaik-baik bentuk sebagaimana yang di terangkan pada surat at tin ayat 4. Demikian kemuliaan yang Allah berikan pada manusia .

Selanjutnya mengenai ayat Allah yang juga berkenaan dengan kewajiban belajar yakni dalam surat az zumar ayat 9 yang berbunyi :
أمن هوقانت آناءالليل ساجداوقائمايحذرالآخرةويرجورحمةربه قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لايعلمونإنمايتذكرأولواالألباب 9
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
   Dalam susunan ini adalah jumlah kata yang tidak tertulis atau terucap, tetapi jelas dalam makna ayat. Yaitu diantara dua macam kehidupan. Kehidupan pertama ialah yang gelisah langsung berdoa menyeru tuhan jika malapetaka dating menimpa dan lupa kepada Allah jika bahaya telah terhindar. Ada satu kehidupan lagi, yaitu kehidupan mukmin yang selalu tidak lepas ingatannya dari tuhan, sehingga baik ketika berduka, atau ketika bersuka, baik ketika angina taufan menghancurkan segala bangunan sehingga banyak orang kehilangan akal, atau seketika angin demikian telah mereda, langit cerah dan angina sepoi jadi gantinya, namun orang itu tetap tenang dan tidak kehilangan arah. Dia tersentak dari tidurnya tengah malam, dia bertekun mengingat tuhan lalu bersujud memohon ampunan dan ridho ilahi, bahkan ada yang terus qiyamul lail berdiri tegak mengerjakan sembahyang. Yang mendorongnya untuk bertekun, berqunut ingat akan tuhan, sampai bersujud dan sembahyang lain tidak ialah karna takut kalau-kalau di akhirat kelak amalannya mendapat nilai yang rendah disisi tuhan, malahan dia mengharapkan rahmat ilahi, kasih saying tuhan yang tidak berkeputusan dan tidak berbatas.
   Nabi disuruh lagi oleh tuhan menanyakan, pertanyaan unutuk menguatkan hujjah kebenaran; “katakanlah! Apakah akan sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan?” pokok dari semua pengetahuan ialah mengenal Allah. Tidak kenal Allah sama artinya dengan bodoh. Karena kalaupun ada pengetahuan, padahal Allah bersifat maha tahu, bahkan Allah itu bernama ‘ilmun (pengetahuan), samalh dengan bodoh. Sebab dia tidak tahu akan kemana diarahkannya ilmu pengetahuan yang telah didapatnya itu.
   Sampai kelangit pun pengetahuan, cuma kecerdasan otak. Belumlah dia mencukupi kalau tidak ada tuntunan jiwa. Iman adalah tuntunan jiwa yang akan jadi pelita bagi pengetahuan.
   Albab diartikan akal budi. Dia adalah jama’ dari lubb, yang berarti isi, atau intisari, atau teras. Dia adalah gabungan diantara kecerdasan akal dan kehalusan budi. Dia meninggikan derajat manusia.
   Ayat yang berkenaan dengan kewajiban belajar ini juga tertera dalam surat al-‘alaq ayat 1-5 yakni :
اقرأ باسمر بك الذي خلق 1خلق الإنسان من علق2 اقرأ وربك الأكرم 3الذي علم بالقلم4 علم الإنسان مالم يعلم 5
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
   Seperti yang telah diketahui bahwasanya ayat ini berkenaan dengan wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW di gua hira yang diturunkan Allah melalui malaikat jibril, sehingga membuat beliau menggigil ketakutan.
   Berkatalah ibnu katsir dalam tafsirnya: “maka al-quran yang mula-mula turun ialah ayat-ayat yang mulia lagi berkah ini. Inilah rahmat yang mula diturunkan dan nimat yang mula diturunkan pada hamba-hamba Allah, yang memberikan ingat tentang asal usul kejadian manusia, yaitu dari darah yang segumpal, tetapi kemudian dimuliakan dengan ilmu pengetahuan. Itulah tingkat yang telah dicapai oleh bapa seluruh manusia, yaitu adam, yang menang ketika ditanya dengan malaikat. Dan ilmu itu kadang-kadang ada yang dalam otak, ada yang dengan lidah da nada pula yang dituliskan dengan ujung jari, pantulan otak dan kata-kata dan goresan.

 


Makalah Tafsir dan Hadist Tarbawi KELOMPOK I (Semester IV)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM PERNIKAHAN LINTAS AGAMA

Makna Hadis tentang "Setiap Anak Terlahir Dalam Keadaan Fitrah"

BERBAGI PERAN