HADITS TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR
Sumber : Ibnu Majah
Kitab : Mukadimah
Bab : Keutamaan ulama dan dorongan untuk menuntut ilmu
No. Hadist : 220
Kitab : Mukadimah
Bab : Keutamaan ulama dan dorongan untuk menuntut ilmu
No. Hadist : 220
حَدَّثَنَا هِشَامُ
بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ
شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ
أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
(IBNUMAJAH - 220) : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar
berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah
menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas
bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang
yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan
mutiara, intan dan emas ke leher babi.",
A. Skema Sanad
Hadits
A.
Al-Jarh
wa at-Ta’dil:
1. Anas bin Malik
-
Nama Lengkap : Anas bin Malik bin An Nadlir bin
Dlamdlom bin Zaid bin Haram
-
Kalangan :
Shahabat
-
Kuniyah :
Abu Hamzah
-
Tinggal :
Bashrah
-
Wafat : 91 H
-
Guru : Rasulullah SAW, Abi bin
Kaab, Zaid bin
‘Arqam, Tsabit bin Quais
-
Murid : Muhammad bin
Sirin, Katsir bin Abdullah,
Malik bin Dinar, Qutadah bin Diamah
-
Karena
posisinya sebagai generasi sahabat maka
tidak diragukan lagi keadilannya. Sudah menjadi ijmak ulama bahwa semua sahabat
nabi adalah adil, memperoleh
jaminan aman dari kritik saat meriwayatkan hadis.
-
Al-Bukhari memakainya 829 kali. Muslim 485 kali, Abu dawud 257 kali, at-tirmidzi 367 kali, an-nasa’I,
366 kali, Ibn majah 279 kali, Ahmad bin hanbal, 2189 kali, Malik 35 kali, dan
ad-darimi, 157 kali.
ULAMA
|
KOMENTAR
|
Ibnu Hajar al 'Asqalani
|
Shahabat
|
2. Muhammad bin Sirrin
-
Nama Lengkap :
"Muhammad bin Sirin, maula Anas bin
Malik"
-
Kalangan :
Tabi'in kalangan pertengahan
-
Kuniyah :
Abu Bakar
-
Negeri semasa hidup : Bashrah
-
Wafat :
110 H
-
Guru : Anas bin Malik,
Hudaifah bin Ilyas, Rofi’
bin Khodij, Zaid bin Tsabit
-
Murid : Katsir bin Syinzhir, Amron bin Kholid,
Malik bin Zinar, Laits bin Anas,
Abu Roja’
-
Al-Bukhari memakainya 98 kali. Muslim 88 kali, Abu dawud 52 kali, at-tirmidzi 45 kali,
an-nasa’I, 95 kali, Ibn majah 41 kali, Ahmad bin hanbal 358 kali, Malik 6 kali, dan
ad-darimi, 91 kali.
ULAMA
|
KOMENTAR
|
Ahmad bin Hambal
|
Tsiqah
|
Yahya bin Ma'in
|
Tsiqah
|
Al 'Ajli
|
Tsiqah
|
Muhammad bin Sa'd
|
tsiqah ma`mun
|
Ibnu Hibban
|
Hafizh
|
Ibnu Hajar al 'Asqalani
|
tsiqah tsabat
|
Adz Dzahabi
|
tsiqah hujjah
|
-
Nama Lengkap : Katsir bin Syinzhir
-
Kalangan : Tabi'in (tdk jumpa Shahabat)
-
Kuniyah : Abu Qurrah
-
Negeri semasa hidup :
Bashrah
-
Wafat :
-
-
Guru : Muhammad bin
Sirin, Yusuf bin Abi
Hakim, Hasan al-Bishri, Atho’ bin Abi Ribah
-
Murid : Hafsh bin
Sulaiman, Hafsh bin Umar,
Bashir bin Mafdhul, Aban bin Thoriq
-
Al-Bukhari memakainya 3 kali. Muslim 1 kali, Abu dawud 1 kali, at-tirmidzi 1 kali,
an-nasa’I 0 kali, Ibn majah 1 kali, Ahmad bin hanbal 7 kali, Malik 0 kali, dan
ad-darimi, 9 kali.
ULAMA
|
KOMENTAR
|
Ahmad bin Hambal
|
Shalih
|
Yahya bin Ma'in
|
Shalih
|
Abu Zur'ah
|
Layyin
|
An Nasa'i
|
laisa bi qowi
|
Ibnu Hazm
|
Dhaif Jiddan
|
Al Bazzar
|
Laisa bihi ba's
|
Ibnu Hajar al 'Asqalani
|
Shaduq yuhti
|
-
Nama Lengkap : Hafsh bin Sulaiman
-
Kalangan :
Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
-
Kuniyah :
Abu 'Umar
-
Negeri semasa hidup : Kufah
-
Wafat :
180 H
-
Guru : Katsir bin
Syinzhir, katsir bin zadan,
Abdullah bin yazid, Abu Husain
Utsmab
-
Murid : Hisyam bin Ammar,
Yahya bin Said, Yasir
bin Sufyan, Muhammad bin Hasan
-
Al-Bukhari memakainya 0 kali. Muslim 0 kali, Abu dawud 0 kali, at-tirmidzi 1 kali,
an-nasa’I 0 kali, Ibn majah 2 kali, Ahmad bin hanbal 3 kali, Malik 0 kali, dan
ad-darimi, 0 kali.
ULAMA
|
KOMENTAR
|
Ahmad bin Hambal
|
matrukul hadits
|
Yahya bin Ma'in
|
Kadzaab
|
Ibnu Madini
|
dla'iful hadits
|
Al Bukhari
|
Mereka meninggalkannya
|
5. Hisyam bin Ammar
-
Nama Lengkap :
Hisyam bin 'Ammar bin Nushair bin
Maisarah bin Aban
-
Kalangan :
Tabi'in kalangan biasa
-
Kuniyah :
Abu Al Walid
-
Negeri semasa hidup : Syam
-
Wafat :
245 H
-
Guru : Hafsh bin
Sulaiman, Hafsh bin Umar,
Ayub bin Tamimur Qory, Ismail bin
Iyas
-
Murid : Ibnu Majah,
Abu daud, An-nasai, Abu
bakar ahmad bin amru, Ahmad bin
yahya
-
Al-Bukhari memakainya 4 kali. Muslim 0 kali, Abu dawud 17 kali, at-tirmidzi 1 kali,
an-nasa’I 14 kali, Ibn majah 328 kali, Ahmad bin hanbal 0 kali, Malik 0 kali, dan
ad-darimi, 0 kali.
ULAMA
|
KOMENTAR
|
Yahya bin Ma'in
|
Tsiqah
|
Al 'Ajli
|
Tsiqah
|
Abu Hatim
|
Kaisun
|
An Nasa'i
|
la ba`sa bih
|
Ad Daruquthni
|
Shaduuq
|
Ibnu Hibban
|
disebutkan dalam 'ats tsiqaat
|
Ibnu Hajar al 'Asqalani
|
Shaduuq
|
Adz Dzahabi
|
Hafizh
|
B.
Takhrij
No. Hadits
|
Bab Indonesia
|
Bab Arab
|
220
|
علماء والحث على طلب العلم
|
Tidak ditemukan
hadits pendukung.
C.
Analisis Kualitas sanad
Di
bawah ini akan dikemukakan hasil analisis hubungan setiap rawi dengan rawi
terdekat sebelumnya,
serta kualitas pribadi masing-masing perawi sebagai berikut:
Hadits di atas diterima Ibnu Majah
melalui:
Hisyam bin
Ammar (w. 245 H) dari gurunya ;
Hafsh bin Sulaiman
(w. 180
H) dari gurunya ;
Katsir bin Syndzir
(w. -)
dari gurunya ;
Muhammad bin
Sirin (w. 110 H) dari
gurunya ;
AQnas bin Malik
(w. 91 H) dari gurunya ;
Rasulullah SAW.
Dari
sisi persambungan sanad , hadits yang diriwayatkan melalui rangkaian perawi di atas dapat disimpulkan
sebagai muttashil. Hal ini dapat dibuktikan bahwa masing-masing perawi
dengan perawi terdekat sebelumnya pernah hidup satu generasi dan terbukti ada
pertemuan, karena mereka memiliki hubungan guru dan murid.
Dari
sisi kredibilitas (dhabit dan adil) para perawi yang tergabung dalam sanad
tersebut, dapat disimpulkan tidak memenuhi syarat tsiqat, Ada perawi yang mendapat kritik
khadzab, dhaif jiddan, laisa bi qowi dll. Sebagaimana penuturan para
sejarawan (ulama muhaditsin) tentang para perawi yang terlibat dalam transmisi
sanad Imam Ibnu Majah
tersebut, dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa sanad Imam Ibnu Majah melalui Hisyam bin Ammar sampai Anas
bin Malik dan Rasulullah sebagai sanad yang tidak memenuhi syarat shahih, maa
hadits ini dikatakan Dhaif.
D.
Hubungan dengan
Hadits Lain
حَدَّثَنَا نَصْرُ
بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ عَنْ عَاصِمِ
بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ
قَالَ كُنْتُ
جَالِسًا عِنْدَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَأَتَاهُ رَجُلٌ
فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ أَتَيْتُكَ مِنْ الْمَدِينَةِ مَدِينَةِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ
بِهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَمَا جَاءَ بِكَ
تِجَارَةٌ قَالَ لَا قَالَ وَلَا جَاءَ بِكَ غَيْرُهُ قَالَ لَا قَالَ فَإِنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ
الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ
(IBNUMAJAH - 219) : Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al
Jahdlami berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Daud dari 'Ashim
bin Raja` bin Haiwah dari Dawud bin Jamil dari Katsir bin Qais ia berkata;
"Ketika aku sedang duduk di samping Abu Darda di masjid Damaskus,
tiba-tiba datang seseorang seraya berkata; "Hai Abu Darda, aku mendatangi
anda dari kota Madinah, kota Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena
satu hadits yang telah sampai kepadaku, bahwa engkau telah menceritakannya dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam! " Lalu Abu Darda bertanya; "Apakah
engkau datang karena berniaga?" Katsir bin Qais menjawab; "Bukan,
" Abu Darda` bertanya lagi, "Apakah karena ada urusan yang
lainnya?" Katsir bin Qais menjawab; "Bukan, " Katsir bin Qais
berkata; "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu,
Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan
membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut
ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada
di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah
ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris
para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi
mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil
bagian yang sangat besar."
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ
أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ
إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ
تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ { فِطْرَةَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ}
(BUKHARI - 4402) : Telah menceritakan kepada kami 'Abdan Telah mengabarkan
kepada kami Abdullah Telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri dia
berkata; Telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu
Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini)
melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang
tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi
-sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka,
apakah kalian merasakan adanya cacat? ' kemudian beliau membaca firman Allah
yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum
(30): 30).
E.
Syarah Hadits
Secara jelas dan tegas hadits di atas
menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki,
juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan
dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu
harus tetap sesuai dengan ketentuan Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan, tetapi setiap ada
kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu. Menuntut ilmu
tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dapat
dilakukan lembaga non formal. Bahkan, pengalaman kehidupanpun merupakan guru
bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian
yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan
untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang dekat maupun
di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi kita.
Menempuh jalan dalam menuntut ilmu memiliki dua pengertian,
pertama; menempuh jalan dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan
menuju majlis-majlis ilmu, baik di mesjid maupun di sekolah dan di
tempat-tempat ilmu lainnya. Kedua; menempuh sarana yang menyampaikan
seseorang kepada ilmu sekalipun ia duduk di atas kursi di rumahnya atau di
tempat kerjanya yaitu dengan membaca buku-buku tentang ilmu syar’i.
Maka barangsiapa menempuh jalan-jalan tersebut untuk memahami ilmu syar’i,
mengkaji tentang apa-apa yang mengundang kekridhoan dari Allah niscaya Allah akan mudahkan baginya untuk
memasuki surga-Nya.
F.
Hubungan dengan
Ayat-Ayat Al-Qur’an
Menurut
firman Allah dalam surat al baqarah ayat 31-33 yang berbunyi,
وعلم آدمالأسماءكلهاثم عرضهم على الملائكةفقال أنبئوني بأسماء هؤلاءإن كنتم صادقين31
قالوا سبحانك لاعلم لنا إلاماعلمتنا إنك أنت العليم الحكيم32
قال ياآدم أنبئهم بأسمآئهم فلماأنبأهم بأسمآئهم قال ألم أقل لكم إني أعلم غيب السماوات والأرض وأعلم ماتبدون وماكنتم تكتمون33
“Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!. Mereka
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada
mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?".
Yang
diartikan menurut Prof. hamka adalah diberinya adam semua ilmu oleh Allah.
Sesudah adam dijadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Allah nama-nama yang
dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan pancaindra ataupun dengan akal
semata, semua diajarkan kepadanya. Kemudia Allah memanggil malaikat-malaikat
itu dan Allah tanyakan adakah mereka tau nama-nam benda itu ? jika benar
pendapat mereka bahwa khalifah itu terjadi akan timbul bahaya kerusakan dan
pertumpahan darah, sekarang cobalah menjawab pertanyaan Allah dapatkah mereka
menunjukkan nama-nama itu. Disini Nampak penjawaban malaikat yang mengakui
kekurangan mereka. Tidak ada pada mereka pegetahuan, kecuali apa yang diajarkan
tuhan juga. Mereka memohon ampun dam karunia, menjunjung kesucian Allah
bahwasanya pengetahuan mereka tidak lebih daripada yang diajarkan juga, lain
tidak. Yang mengetahui semuanya hanya Allah yang bijaksana membagi-bagikan ilmu
kepada barangsiapa yang Dia kehendaki. Kemudia oleh adam titah tuhan itupun
dijunjung. Segala yang ditanyakan Allah dia jawab, dia terangkan semuanya pada
malaikat itu.
Pelajaran
yang dapat diambil dari ayat ini mengenai kewajiban belajar adalah sebagimana
yang tertera dalam surat an-naml ayat 62 yang artinya “ diantara makhluk
sebnanyak itu manusialah yang telah dipilih Allah menjadi khalifahnya, yaitu
adam dan keturunannya”.
Pada
manusia itulah Allah menyatakan hukumnyadan peraturannya. Meenjadikan manusia
khalifah untuk mengatur bumi ini untuk menemukan rahasia yang terpendam
didalamnya. Dianugrahkan kepadanya akal. Akal itupun sesuatu yang ghaib dan
ajaib, bentuknya tidak Nampak, tetapi bekasnyalah yang menunjukkan akal itu
ada. Manusia yang ketika mulai lahir lemah, kian lama kian diberi persiapan.
Kekuatan yang ada padanya amat luas dan keinginan hendak tau tdak
terbatas.memang kaau sendiri-sendiri dia lemah tidak berdaya. Tetapi kumpulan
dari bekas usaha orang itu dapat mengesan dan membekas pada seluruh bumi. Dari
keturunan demi keturunan manusia itu bertambah dapat menuasai dan mengatur
bumi. Telah dikuasainya lautan yang diselaminya, gunung ditembusinya dan
membuat jalan kereta api didalamnya semua sangat bervariasi dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan
lain yang akan dapat dikerjakan dalam bumi oleh manusia.
Memang
ilmu yang luas itu tidak diberikan semuanya kepada seseorang dan tidak pula
diberikan sekaligus, melainkan dari penyelidikan mereka sendiri-sendiri. Yang
karea kesungguhan mereka rahasia itu dibukakan dan dibukakan lagi oleh Allah.
Jadi dapat dipahamkan bahwasanya ayat 31 yang menerangkan bahwa Allah
menrangkan nama-nama kepada adam, dan seketika ditanyakan pada malaikat,
malaikat menyembahkan bahwa pengetahuan mereka terbatas hanya sekedar yang
diajarkan Allah kepada merka. Lalu pada ayat 32 adam disuruh menrangkan maka
diapun menerangkan semua nama-nama itu. Dapat ditarik maksud dalam keistimawaan
yang diberikan Allah kepada manusia, namun keghaiban semua langit dan bumi
masih banyak lagi yang belum diajarkan pada malaikat ataupun manusia,
sebagaimana yang tersebut dalam ujung ayat 33.
Demikian
besar sanjungan yang diberikan Allah. Sangatlah tidak layak kalau manusia
menjatuhkan dirinya kepada hinaan, disini disebutkan bahwa manusia sebagai
khalifah. Di waktu lain Allah menjelaskan manusia telah dijadikan sebaik-baik
bentuk sebagaimana yang di terangkan pada surat at tin ayat 4. Demikian
kemuliaan yang Allah berikan pada manusia .
Selanjutnya
mengenai ayat Allah yang juga berkenaan dengan kewajiban belajar yakni dalam
surat az zumar ayat 9 yang berbunyi :
أمن هوقانت آناءالليل ساجداوقائمايحذرالآخرةويرجورحمةربه قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لايعلمونإنمايتذكرأولواالألباب 9
“(Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
Dalam susunan ini adalah jumlah kata yang
tidak tertulis atau terucap, tetapi jelas dalam makna ayat. Yaitu diantara dua
macam kehidupan. Kehidupan pertama ialah yang gelisah langsung berdoa menyeru
tuhan jika malapetaka dating menimpa dan lupa kepada Allah jika bahaya telah
terhindar. Ada satu kehidupan lagi, yaitu kehidupan mukmin yang selalu tidak
lepas ingatannya dari tuhan, sehingga baik ketika berduka, atau ketika bersuka,
baik ketika angina taufan menghancurkan segala bangunan sehingga banyak orang
kehilangan akal, atau seketika angin demikian telah mereda, langit cerah dan
angina sepoi jadi gantinya, namun orang itu tetap tenang dan tidak kehilangan
arah. Dia tersentak dari tidurnya tengah malam, dia bertekun mengingat tuhan
lalu bersujud memohon ampunan dan ridho ilahi, bahkan ada yang terus qiyamul
lail berdiri tegak mengerjakan sembahyang. Yang mendorongnya untuk
bertekun, berqunut ingat akan tuhan, sampai bersujud dan sembahyang lain tidak
ialah karna takut kalau-kalau di akhirat kelak amalannya mendapat nilai yang
rendah disisi tuhan, malahan dia mengharapkan rahmat ilahi, kasih saying tuhan
yang tidak berkeputusan dan tidak berbatas.
Nabi disuruh lagi oleh tuhan menanyakan, pertanyaan
unutuk menguatkan hujjah kebenaran; “katakanlah! Apakah akan sama
orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan?” pokok
dari semua pengetahuan ialah mengenal Allah. Tidak kenal Allah sama artinya
dengan bodoh. Karena kalaupun ada pengetahuan, padahal Allah bersifat maha
tahu, bahkan Allah itu bernama ‘ilmun (pengetahuan), samalh dengan
bodoh. Sebab dia tidak tahu akan kemana diarahkannya ilmu pengetahuan yang
telah didapatnya itu.
Sampai kelangit pun pengetahuan, cuma
kecerdasan otak. Belumlah dia mencukupi kalau tidak ada tuntunan jiwa. Iman
adalah tuntunan jiwa yang akan jadi pelita bagi pengetahuan.
Albab diartikan akal budi. Dia adalah jama’
dari lubb, yang berarti isi, atau intisari, atau teras. Dia adalah gabungan
diantara kecerdasan akal dan kehalusan budi. Dia meninggikan derajat manusia.
Ayat yang berkenaan dengan kewajiban belajar
ini juga tertera dalam surat al-‘alaq ayat 1-5 yakni :
اقرأ باسمر بك الذي خلق 1خلق الإنسان من علق2 اقرأ وربك الأكرم 3الذي علم بالقلم4 علم الإنسان مالم يعلم 5
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Seperti yang telah diketahui bahwasanya ayat
ini berkenaan dengan wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW di gua hira
yang diturunkan Allah melalui malaikat jibril, sehingga membuat beliau
menggigil ketakutan.
Berkatalah ibnu katsir dalam tafsirnya: “maka
al-quran yang mula-mula turun ialah ayat-ayat yang mulia lagi berkah ini.
Inilah rahmat yang mula diturunkan dan nimat yang mula diturunkan pada
hamba-hamba Allah, yang memberikan ingat tentang asal usul kejadian manusia,
yaitu dari darah yang segumpal, tetapi kemudian dimuliakan dengan ilmu
pengetahuan. Itulah tingkat yang telah dicapai oleh bapa seluruh manusia, yaitu
adam, yang menang ketika ditanya dengan malaikat. Dan ilmu itu kadang-kadang
ada yang dalam otak, ada yang dengan lidah da nada pula yang dituliskan dengan
ujung jari, pantulan otak dan kata-kata dan goresan.
Makalah Tafsir dan Hadist Tarbawi KELOMPOK I (Semester IV)
Komentar
Posting Komentar